Rupanya selama 41 tahun terakhir masih suka tampil di panggung hiburan, Krisbiantoro dalam keadaan sakit. Sejak 1972 ia menderita gagal ginjal yang semakin lama semakin buruk. “Saya ceroboh sekali, tak mau memperbaiki pola makan yang sehat. Tapi saya terus berjuang melawannya, seperti dulu angkat senjata melawan penjajah,” ujarnya suatu kali. Semangat hidupnya tetap tinggi. Itulah Krisbiantoro!

Siapa yang tak kenal penyanyi 4 generasi yang kondang dengan lagu Dondong Opo Salak dan Lembah Hitam ini? Terlebih bisa dihitung dengan jari jumlah penyanyi pria yang bagus di Tanah Air kita. Nama Krisbiantoro amat kesohor hingga pelosok Indonesia. Tiap kali undangan tampil di daerah-daerah mengalir yang membuatnya bertemu dengan makanan enak berkadar kolesterol tinggi. Kris dasar penikmat makanan, terutama lauk pauk dari dapur Minangkabau yang bersantan kental. Jeroan, salah satu favoritnya.

Sampai pada 1972 dokter mendiagnosa, ginjalnya tak berfungsi baik. Semestinya pola makan diubah untuk membantu meringankan kerja ginjal. Ini tidak. Kris tetap dengan gaya makannya yang ‘tabrak lari’, hingga suatu hari ia pingsan. istrinya yang berdarah Vietnam, Nguyen Kim Dung, dan dua putrinya kebetulan sedang ke Vietnam. Perutnya melilit luar biasa, diikuti dengan muntah-muntah. Bukan diare, tapi ternyata batu ginjal! Kala batu itu berpindah tempat, ia menggesek dinding ginjal dan inilah penyebab rasa sakit yang luar biasa itu.

Diawali Dengan Batu Ginjal

Musuh utama batu ginjal adalah pola makan tinggi protein. Krisbiantoro terus saja melahap panganan kesukaannya, hingga dua tahun kemudian kambuh lagi sakitnya. Dari hasil cek laboratorium terlihat kreatin, penunjuk gangguan fungsi ginjal pada tubuh, mencapai angka 5, sementara normalnya 0-1,2. Ginjalnya rusak berat. Tapi berkat kebesaran Tuhan, ia masih bisa manggung tanpa harus cuci darah. Ia merasa sehat dan fit saja, bahkan memimpin rombongan kesenian berkeliling Asia. Tapi serangan sakit datang berkali-kali, dan berkali-kali pula ia lewati.

Sang istri terus mendesak Kris untuk berobat. Barulah di RS PGI Cikini itu, didapatnya informasi dari Profesor Sidabutar bahwa fungsi ginjalnya tinggal 25 persen! Terkejut? Tentu saja, tapi Kris tetap besar hati, lantaran pernah didengarnya ada orang yang tetap sehat meski fungsi ginjalnya tinggal 5 persen. Penyanyi kelahiran 13 Maret 1938 itu pun menyerah ketika harus diopname untuk pertama kalinya pada 1977. Dokter memberi pengobatan lavement treatment melalui lubang anus, dan hasilnya bagus. Sepuluh tahun tak pernah kambuh lagi.

Nyaris Jadi Korban Sindikat Cangkok Ginjal

Namun bukan berarti tidak melakukan ikhtiar apa-apa untuk penyakitnya. Sayangnya, aktor pemeran utama dalam film Laki-laki itu mencoba apa saja masukan yang didapatnya. Pengobatan alternatif minum empedu dan darah ular kobra, minum suplemen X dari pegunungan Himalaya, mandi air campuran kopi dan aspirin, dan minum minyak bulus. Sampai alternatif dengan teknologi nano, di mana tubuhnya dipukul dan digebuk. Bukannya sembuh, kondisi ginjalnya makin parah. Pada tahun 2000 kreatinnya 5, drop menjadi 9.

Pada 1996 ia mulai mencari kesembuhan lewat jalur medik, sampai berusaha ke Tiongkok untuk transplantasi ginjal. Tapi apa yang didapat? Ia masuk ke lingkaran sindikat perdagangan ginjal. Salahnya, Kris tidak memastikan dulu informasi yang akurat, tapi berdasarkan kabar burung yang tersebar dari mulut ke mulut. Di sana ia harus ganti nama menjadi Li Ping (An), dan mengaku Hua Ren (peranakan) bukan Inni Ren (Indonesia). Obat dokter dari Jakarta harus dibuang dan boleh makan apa saja dan sebanyak-banyaknya. Luar biasa senang hati aktor yang bermain dengan Lina Marlina dalam film Si Manis Jembatan Ancol.

Tanpa tindakan medis apa-apa, padahal 10 hari berlalu. Kemudian baru disuruh ke RS setempat yang sudah tua, gelap, dengan pasien penuh sesak sampai koridor. Anehnya, setelah mengambil darah, tak ada keterangan apa pun hingga menunggu berhari-hari. Suatu ketika, diminta lagi periksa darah dan kultur jaringan. Katanya, disuruh puasa untuk operasi, karena sudah dapat donor ginjal yang cocok. Nyatanya, nihil.

Tuhan Maha Melindungi. Suatu hari datang dua pastor menjenguknya, rupanya dia adik kelasnya saat bersekolah di De Brito. Ia mengingatkan Kris agar berhati-hati. Keterangan terakhir yang didapat Kris, tak ada yang berani mencangkokkan ginjal, karena antibodi artis ini sangat tinggi. Harus disuntik untuk menurunkannya dan harganya selangit. Merasa dipingpong dan dikuras habis uangnya, ia putuskan pulang ke Jakarta. Selain juga datang tugas dari Departemen Pertahanan dan Keamanan membuat film dokumenter, Palagan Ambarawa.

Cuci Darah di Rumah

Aktivitas padat masih dijalaninya. Dari luar fisiknya tampak sehat, tapi fungsi ginjalnya makin lemah. Kreatinnya tinggi sekali, mencapai 14,5! Biasanya pada kondisi serupa ini sekujur tubuh gatal-gatal, tapi ini tidak. Namun, untuk mencegah hal yang buruk, ia mengikuti saran dokter, teman dan keluarga untuk cuci darah (dialisis) di RS PGI Cikini. Dokter menyuruh 3 kali seminggu, tapi Kris merayu minta 1 kali seminggu saja. Apa yang terjadi? Kris jatuh pingsan, lalu dirawat di bagian High Care Unit dan sempat mengalami pra koma. Ingatannya sempat hilang, tapi syukurnya, jaringan otaknya tak rusak hingga perlahan ingatannya berangsur pulih.

Di bawah pengawasan dan pengarahan dokter Tunggul, kini Kris menjalani cuci darah dengan melakukan CAPD (Continous Ambulatory Peritineal Dialysis) di rumah sejak Oktober 2011. Sang istri yang dengan tekun dan disiplin mengikuti arahan dokter, merawat Kris dengan alat-alat itu. Setiap hari selama 5 kali, sang istri melakukan CAPD, dibantu seorang suster. Dengan teliti dicatatnya jam-jam CAPD, yakni setiap 3-4 jam sekali setiap hari.

Kris sempat marah, kenapa dia yang diberi penyakit gagal ginjal yang berat itu. Tapi akhirnya melalui perenungan dan doa di tengah malam, ia menemukan jawabnya. Bahkan ia bersyukur tak terkira dengan apa yang Tuhan berikan. Selama 41 tahun ia masih tetap bertahan, bisa berada bersama orang-orang yang dikasihinya. Istrinya, Maria Ngunyen Kim Dung, yang setia 47 tahun mendampinginya. Perempuan ini sangat percaya kepadanya, dan baru saja kenal 7 bulan, tapi mau diboyong ke Indonesia, meninggalkan keluarga dan kampung halamannya di Vietnam.

Sang istri juga turut merawat, memandikan dan mengganti pakaian kotor Kris dengan yang baru, karena Kris tak lagi kuat beraktivitas. Ia juga bersyukur Tuhan memberinya istri yang penyayang, dua putri dan menantu yang baik, Anto dan Arto, serta cucu-cucu yang manis.

Bukan Kris namanya jika ia lantas menyerah. Dalam kondisinya, ia masih terus berkarya. Dua buku tercatat ditulisnya, dengan royaltinya disumbangkan untuk pasien gagal ginjal lainnya. Seorang pendekar tidak menyerah sebelum melawan, katanya. Untuk penyakitnya ini, ia juga tak kenal kata menyerah. Berjuang terus dan merdeka! Itulah Krisbiantoro, seorang pejuang sejati. (1003)

Untuk share  artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?56328

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :