Untuk nonton video part 2, Klik disini
Untuk nonton video part 3, Klik disini
Tetet Cahyati, nama yang diberikan Rd H Popo Iskandar (alm) dan R Hj Djuariah Iskandar kepada putri mereka kelahiran 24 Desember 1963. Anak itu kemudian tumbuh ibarat ‘foto kopi’ sang Ayah, yakni mewarisi kecintaannya pada seni. “Tak ingat waktu dan kondisi, inspirasi seni itu selalu datang, seolah meminta saya menuangkannya menjadi cerpen, puisi, lagu atau lukisan,” ujar Ketua Komunitas Sastra Dewi Sartika (KSDS) Jawa Barat yang dikenal sebagai penulis cerpen dan puisi, pelukis, dosen serta penilik pendidikan masyarakat.

Popo Iskandar adalah satu di antara jajaran pelukis besar yang pernah dimiliki Indonesia. Karyanya mengangkat beragam obyek lukisan, tetapi menjelang akhir hayatnya, ia dikenal sebagai pelukis kucing, karena menggali banyak variasi bentuk kucing.

“Bicara tentang Papih (panggilan sayang Tetet kepada mendiang ayahnya—Red), banyak kenangan manis yang serasa kembali menari-nari di pelupuk mata saya,” ujar anak ke-5 dari 11 bersaudara ini. “Saya sering sekali diajak Papih jalan-jalan ke tempat indah di dalam dan luar negeri. Menemaninya melukis, juga diminta jadi model sewaktu mengajar anak didiknya melukis.”

Doktor Pemasaran Seni Pertama di Indonesia

Lahir dalam keluarga yang memeluk lekat kesenian, Tetet kecil pun terbiasa mencintai seni. Dari bangun tidur hingga berangkat ke peraduan, yang dilihatnya sang Ayah sedang membuat sketsa lukisan sambil bersenandung tembang Cianjuran, atau mengetik karya tulis untuk tugasnya sebagai penulis dan dosen di Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan (IKIP) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Ayah adalah inspirasi saya. Tak disadari, saya dan Papih punya banyak kesamaan. Sama-sama menekuni dunia seni lukis, menulis, dan juga dosen. Padahal ayah tidak pernah mengarahkan saya mesti begini-begitu. Semua berjalan alamiah saja, sehingga saya berkembang dengan punya ciri khas tersendiri. Tidak mengekor pada ayah,” kata dosen S2 dan S3 di Fakultas Ekonomi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas dan UNIKOM, Bandung.

Lukisan Tetet beraliran abstrak kontemporer, dengan ciri khas motif berbentuk bidang, seperti lingkaran, segitiga, kubus, dan menerapkan warna-warna cerah. Orang yang menatap lukisannya, ibarat sedang melakukan terapi hati, menjadi gembira dan optimis. Belum ada lukisan serupa itu sehingga kehadirannya langsung mencuri perhatian.

“Dari lukisan di atas kanvas, saya berpikir bagaimana supaya lebih banyak orang bisa menikmati lukisan saya. Akhirnya, coretan itu saya tuangkan di atas medium kain menjadi batik. Sejak 4 tahun lalu, batik abstrak kontemporer saya sudah dipatenkan. Motif desainnya modern, tapi proses pengerjaannya sama dengan batik tradisional, dan memiliki nilai filosofis pula. Ini terobosan baru di dunia batik di Indonesia,” ujar Tetet yang sering berpameran di banyak kota di Indonesia maupun mancanegara hingga ke Praha.

Terobosan kreatif Tetet dengan batik abstrak Bandung-nya itu beroleh sambutan menggembirakan, terbukti banyak undangan dari dalam dan luar negeri memintanya tampil. Sebut saja dari Malaysia, Singapura, India hingga Cheko dan Praha. Tahun depan rencananya ke Amerika, Jepang dan Paris. Menurutnya, berkunjung ke luar negeri dan memasarkan karya seni salah satu cara untuk memperkenalkan produk seni tersebut ke mancanegara.
Sementara itu sebagai seniman dan cendikiawan, ibu dua anak ini melihat rekan-rekan sesama seniman yang kesulitan memasarkan karyanya. Padahal produk seni dari Indonesia sangat banyak dan bernilai. Ia pun tergerak untuk menjawab apa dan mengapa di balik itu, dengan mengikuti kuliah Strata 3 di Program Pascasarjana (PPS) Unpad, khusus meneliti pemasaran seni. Pada sidang terbuka, disertasinya beroleh pujian sebagai ilmu baru, hibrida dari ilmu ekonomi dan ilmu seni dan berhak menyandang gelar Doktor di depan namanya.

“Seorang seniman semestinya dibantu seorang art manager yang andal. Ia menguasi ilmu pemasaran seni, strategi pemasaran dan ilmu seni dari sejarah seni hingga filsafatnya. Art manager ini yang mengolah cara memasarkan karya seni tersebut, sedangkan sang seniman konsentrasi dalam proses kreatif menciptakan karya seni,” jelas Tetet.

Selain itu, kata Tetet, bangsa Indonesia mesti mampu menghargai karya seni anak bangsa. Bukan tidak mungkin karya seni lainnya akan mendapatkan perlakuan yang baik, seperti batik Indonesia yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia. Kini posisi batik semakin kuat dengan ditetapkannya tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Tularkan Cinta Seni Kepada Anak Putus Sekolah dan Korban PHK

Untuk menularkan kecintaan masyarakat pada dunia seni, Ketua Bidang Pendidikan Khusus di Forum Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nasional ini, mengajak anak-anak putus sekolah dan mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) belajar membatik. Selama 10 tahun kegiatan itu mewarnai sanggarnya yang asri di kota Bandung, Jawa Barat. Dari nol mereka diajarkan cara melukis, menggunakan malam hingga mencelupkan warna.

Menarik, perlahan mereka mengalami kemajuan dan berhasil menjadi tenaga terampil yang siap mengisi lapangan kerja baru. Batik buatan mereka perlahan-lahan laku di pasaran dan mereka mampu menyejahterakan keluarga.

“Ke depan, saya bercita-cita bagaimana kreasi seni batik abstrak kontemporer saya ini bisa menembus pasar internasional,” ujar pemilik Sanggar Seni Tirtasari dan Ketua Program Griya Seni Popo Iskandar ini. Terlebih bila melihat potensi pasar mancanegara. Semisal, saat pameran batiknya di Praha, dilihatnya animo masyarakat setempat begitu besar. Mereka sampai rebutan ingin memiliki batik karyanya.

“Saya kemudian melakukan kontak dengan pasar luar negeri. Dari segi produk, saya merancang secara khusus motif batiknya. Nantinya saya ingin sekali batik saya tidak hanya diminati oleh pasar di dalam negeri, tetapi juga dapat menjadi kiblat mode bagi luar negeri, dan mampu menembus pasar dunia. Saat ini saya masih ada kesibukan, tetapi saya sudah punya kiat untuk mewujudkan hal itu,” ujar Tetet.

Yang paling penting, menurutnya lagi, adalah terus berusaha sambil berdoa. Ia berharap apa yang dilakukannya memberi manfaat bagi bangsa, negara dan dunia. Untuk itu ia mengaku harus dapat mengelola waktu secara cermat. Tujuannya agar semua sektor dalam kehidupan dirinya mendapat perhatian, tidak terbengkalai.

“Tidak terlupakan, menjaga toleransi kepada orang-orang di lingkungan terdekat saya, baik keluarga maupun karyawan. Toleransi ini penting sekali, karena mereka telah banyak memberi pengertian dan membantu saya. Jadi, ya harus bertoleransi,” lanjut Tetet, bijak.

Dunia Seni Terus Memanggilnya

Seperti Tetet, kakak-kakak dan adik-adiknya juga berdarah seni, tetapi mereka sibuk dengan profesi masing-masing. Ada yang menjadi dokter, bekerja di bank, menjadi dosen atau pengacara. Hanya Tetet yang sejak kecil setia menekuni jalur seni hingga sekarang.

“Saya juga heran, karena hanya saya saja yang terus menekuni dunia seni. Dunia seni itu rasanya terus-menerus memanggil-manggil nama saya. Pergi ke mana saja, langsung pengalaman atau visi estetis itu seperti minta dituangkan ke bentuk visual atau catatan-catatan. Makanya, saya selalu membawa buku. Saya catat apa yang terlintas tatkala berada di dalam suatu situasi, dan itu menjadi motif lukisan atau tulisan baik cerpen atau puisi,” kata Tetet, yang gembira kecintaannya pada seni lukis dan menulis juga mengalir di dalam darah anak-anaknya.

“Putri bungsu saya membuat desain dari batik saya menjadi produk fungsional, seperti dasi, dompet atau tas. Pendek kata, proses kreativitas seni ini menjadi kegiatan di keluarga kami,” ujarnya.

Tetet C Popo Iskandar terus berkarya, memenuhi panggilan hatinya dengan sepenuh jiwa raga. Tak heran, jika berbagai penghargaan pun mengalir kepadanya sebagai bentuk pengakuan atas karya dan pencapaian pribadinya. Satu yang menarik adalah penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) atas kreativitasnya mengawinkan seni lukis menjadi batik, lalu dituangkan menjadi larik bait dalam puisi hingga akhirnya menjadi lagu. Sungguh kreatif! (1003)

Untuk share artikel  ini, Klik www.KabariNews.com/?50794

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :