KabariNews – Orang-orang Indonesia yang lama tinggal di Philadelphia lebih mengenal tempat makan ini sebagai
Waroeng Surabaya. Memang lebih cocok disebut warung daripada restoran berkesan wah. Hardena ini dari tempatnya sampai sajian makanan—memang‘warung’ banget!

Kehangatan Indonesia

Kalau saja papan namanya nggak besar dengan warna kuning mencolok, barangkali warung ini agak susah ditemukan. Tepat berada di pojokan jalan Hicks. Jangan kaget kalau kita datang pada saat makan siang atau makan malam, rencana makan di tempat berubah jadi bawa pulang. Maklum, penuh! Ruangan yang mungil itu hanya
terisi sekitar enam meja makan saja. Sedikit senggol-senggolan kalau masuk dan penuh orang.

Tapi justru disitulah letak kekhasan dan kehangatan Hardena. Di tengah kota Philadelphia yang dingin, ke Hardena serasa masuk ke sebuah warung di Indonesia, hangat dan disambut keramahan pemiliknya. Pak dan Ibu Hadi Widjoyo, pemilik sekaligus yang melayani sendiri para pelanggan setiap harinya. “Biar sibuk ngurus sendiri, tapi senang karena bisa sekaligus ngobrol dengan pembeli,” kata Pak Hadi yang tak pernah lepas senyumnya ini.

Hardena atau Waroeng Surabaya sudah berumur 8 tahun dan berpindah tempat dua kali di Philadelphia. Tapi pengalaman Ibu Hadi berkecimpung di dunia masak-memasak sudah 30 tahun lebih. “Sebelum membuka Hardena, cukup lama saya memasak di KJRI (Konsulat Jendral RI) New York, sampai akhirnya buka warung sendiri,” tambah Ibu Hadi.

Sekarang Hardena yang berlokasi di 1754 S Hicks St.Philadelphia ini sudah bergaung namanya. Para pembeli tak hanya datang dari kawasan Philadelphia saja bahkan dari New York, New Jersey, Maryland, Virginia, yang jaraknya puluhan mil. “Selain orang-orang indonesia, banyak juga penduduk Amerika yang kemari. Biasanya mereka datang saat makan siang di hari kerja atau makan malam,” tambah Pak Hadi.

Ditanggung Ketagihan

Makanan di Hardena ditanggung murah. Dengan $6, kita bisa memilih 3 menu sebagai pelengkap nasi putih. Kita tinggal tunjuk menu yang kita mau. Tapi kita juga bisa lihat menu yang tertempel di dinding seperti soto ayam, gado-gado, atau ayam bumbu rujak. Disajikan dengan piring, sendok dan garpu plastik. Praktis, habis makan langsung buang. Diantara menu yang beragam, saya memilih gudeg, kikil dan telor. Nggak lupa, kerupuk udang dan teh kotak. Bukan hanya kenyang tapi juga nikmat!

Banyak orang bilang satenya Hardena wajib dicoba. Entah sate ayam atau sate kambing, sama-sama maknyus!
Sate tersaji dengan bumbu kacang dan acar timun. Dimakan tanpa bumbu kacang pun tetap menggigit. Satu lagi, tempe. Cobalah, rasanya asli Indonesia. Satu kesulitan orang-orang Indonesia yang tinggal di Amerika adalah menemukan makanan Indonesia yang cocok di lidah dan olahannya pas. Tapi di sini, kekangenan kita dengan makanan ala warung bisa terpuaskan. Baik dari sis menu maupun harga. Untuk ukuran kita yang tinggal di Amerika, $6 seporsi lengkap lauk-pauknya tentunya murah.

Yang perlu diingat, Selasa tutup. “Itu hari istirahat kami,” terang Pak Hadi yang mulai buka warung dari jam 11 pagi sampai jam 9 malam. Jangan lupa, kalau ke sana bawa uang cash karena Hardena nggak terima kartu kredit. Untungnya saat itu bawa uang cash cukup. Soalnya selain makan di tempat, saya juga tergoda membawa pulang rempeyek teri, krupuk udang, dan krupuk kulit khas Surabaya. Untuk Rempeyek teri ini, berani saya rekomen. Ditanggung ketagihan! (riana)