OBAMA MENANG DALAM PEMILIHAN PRESIDEN AS 2008?
Ramalan Prof Bill Liddle dari Ohio State University

Nama
lengkapnya Prof. R. William Liddle. Pak Bill, begitu Kabari
memanggilnya, merupakan salah satu Indonesianis terkemuka di Amerika
Serikat. Cendekiawan senior yang fasih berbahasa Indonesia ini masih
aktif
menulis di berbagai media di tanah air dan internasional. Baik soal
politik Indonesia maupun Amerika Serikat. Nama Pak Bill dikenal luas di
Indonesia karena beliau punya banyak teman dan bekas
mahasiswa di
sana. Bahkan, sosoknya pernah diparodikan dalam acara Republik Mimpi.
Berikut petikan wawancara khusus Kabari dengan beliau :

K : Apa prediksi Anda tentang Pemilihan Presiden AS November mendatang? Bagaimana peta kekuatan Obama dan McCain?

Tokoh
politik Amien Rais pernah diminta pendapatnya tentang salah satu
ramalan saya. Beliau menjawab: ”Ramalan Liddle ‘kan sering meleset!”
Seingat saya, ramalan saya pada waktu itu menyangkut kepentingannya
sebagai calon presiden, jadi ada alasan untuk membantah saya. Namun
demikian, harus saya akui bahwa saya bisa salah, baik tentang
perkembangan politik di Indonesia maupun di Amerika. Pembaca Kabari
harap maklum.

Sejak tahun lalu, saya sering diminta
meramal hasil pemilihan presiden 2008 di Amerika, tetapi saya selalu
mengelak sebab belum yakin. Baru setelah perdebatan pertama capres
Obama-McCain dan perdebatan satu-satunya cawapres Biden-Palin, saya
mulai percaya bahwa Obama akan menang. Karena Obama mampu meyakinkan
para pemilih bahwa dia bisa dipercayai menguasai kebijakan luar negeri,
terutama tentang Timur Tengah dan masalah ”perang terhadap teror.”
Biden mengungguli lawannya dengan pengetahuan yang dalam dan argumen
yang jelas tentang hampir semua hal, mungkin terkecuali kebijakan
tentang energi yang memang merupakan keistimewaan Palin sebagai
gubernur negara bagian Alaska.

Selain itu, krisis keuangan
yang sedang merundung ekonomi Amerika nampaknya mendorong banyak warga
untuk memilih Obama. Setidaknya kita bisa melihat hasil polling yang
mengatakan bahwa para pemilih lebih percaya kepada kemampuan Obama
untuk mengatasi masalah ekonomi ketimbang McCain. Terus terang saja,
saya tidak mengerti reaksi ini, sebab Obama adalah orang baru di
panggung nasional. Seharusnya, McCain yang sudah berjasa di Senat
selama puluhan tahun lebih dipercaya mengatasi krisis di bidang apapun,
termasuk ekonomi. Tetapi menurut banyak pengamat, McCain hanya cocok
sebagai panglima perang. Seandainya ada serangan baru dari Al Qaeda,
seperti mereka lakukan pada 11 September 2001, mungkin McCain akan
tampil lagi sebagai capres yang paling mungkin menyelamatkan Amerika
dari ancaman terorisme. Tetapi belum ada tanda-tanda bahwa hal itu akan
terjadi.

Tentang peta politik, pergeseran sudah mulai
terjadi di beberapa negara bagian. Misalnya, minggu lalu McCain menarik
kampanyenya dari Michigan, yang terkenal sebagai daerah industri,
khususnya pabrik mobil, dengan tingkat pengangguran yang tertinggi di
Amerika kini. McCain mengaku bahwa dia tidak mungkin menang di
Michigan. Beberapa negara bagian lain, yang selama ini dianggap
berimbang, sudah mulai dikuasai oleh Obama, seperti Colorado, Florida,
Minnesota, Pennsylvania, dan Ohio, negara bagian saya. Menurut koran
lokal Columbus Dispatch hari ini (Minggu 5 Oktober), Obama akan
mengalahkan McCain 54-47 di Ohio. Dahsyat betul, kalau memang begitu
hasil akhirnya!

K : Anda mengantisipasi “kecurangan” lagi dalam Pemilu 2008, seperti 4 atau 8 tahun lalu?

Tidak,
tetapi memang saya tidak terlalu percaya bahwa ada kecurangan empat
tahun lalu, termasuk di negara bagian saya sendiri. Buktinya tidak
pernah jelas, termasuk dari tokoh terkenal sebagai Robert Kennedy Jr.,
yang menulis sebuah makalah yang tidak meyakinkan tentang kecurangan di
Ohio. Bagi saya, kecurangan yang paling mencolok terjadi pada tahun
2000, ketika Mahkamah Agung yang partisan, dengan mayoritas lima hakim
agung yang diangkat oleh presiden dari Partai Republik, mengangkat
George Bush sebagai presiden. Yang seharusnya terjadi pada waktu itu
adalah penghitungan kembali semua suara pemilih di Florida. Bush
dinyatakan menang di negara bagian itu, tetapi ada tanda bahwa semua
surat suara tidak masuk pada penghitungan pertama. Proses itu dipotong
tanpa alasan jelas oleh Mahkamah Agung.

K : Mengenai krisis keuangan AS, apakah kharisma Obama-berdasarkan supply demand
seperti tulisan Anda-masih relevan sebagai faktor pendukung kemenangan
Obama? Komentar Anda tentang Sarah Palin sebagai Washington Outsider
dan Woman VP?

Singkat saja, seperti saya katakan di atas,
ternyata karisma Obama masih relevan, sebab ia dianggap lebih mampu
ketimbang McCain untuk mengatasi masalah ekonomi, meskipun
pengalamannya kurang. Tetapi ada faktor McCain juga, yang kelihatan
impulsif dan plin-plan, termasuk terhadap krisis ekonomi. Dia
mencanangkan pemberhentian kampanyenya supaya dia bisa ikut
menyelesaikan krisis ekonomi di Washington, lalu tidak berbuat apa-apa
dan mulai berkampanye lagi beberapa hari kemudian. Obama kelihatan
lebih kalem, dewasa, dan berwibawa.

Untuk sementara,
banyak orang terpesona dengan Palin sebagai tokoh baru, cantik
sekaligus keibuan, dan blak-blakan dalam pernyataannya. Tetapi dia
kurang meyakinkan sebagai figur nasional yang berbobot. Pada akhirnya,
para pemilih akan berpikir dua kali sebelum memilih McCain sebab mereka
kuatir pada ban serepnya, seorang gubernur negara bagian Alaska
(sebesar satu kabupaten di Indonesia) yang belum siap untuk memerintah
di tingkat nasional.

K : Jika Obama atau McCain menang, bagaimana dampaknya dengan politik luar negeri AS terhadap Indonesia?

Khususnya
tentang Indonesia, saya tidak melihat banyak perbedaan dalam kebijakan
McCain dan Obama terhadap Indonesia. Meskipun Indonesia adalah negara
yang besar, luas, dan Muslim, siapa saja yang berkuasa di Amerika akan
mementingkan Eropa, Timur Tengah, serta Tiongkok dan Jepang di Asia
sebelum Indonesia. Kerjasama yang sudah dijalin pemerintahan Bush
dengan pemerintahan Yudhoyono di Indonesia akan diteruskan baik oleh
McCain maupun Obama.

Tentu dari segi pribadi, Obama lebih
mengenal Dunia Ketiga, termasuk Indonesia. Sebagai anak Menteng,
gampang dibayangkan bahwa ia akan mengunjungi Indonesia dan meminta
agar fotonya diambil, mungkin bersama teman-teman SD-nya di Jalan
Besuki. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa Indonesia akan mendapat
tempat khusus dalam kebijakannya sebagai presiden Amerika.
Mudah-mudahan ramalan saya dalam hal ini juga meleset, sebab Indonesia
seharusnya diberi perhatian yang lebih serius dari Washington.(peter phwan)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?32069

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Oktober 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Photobucket