Kabari News – Menilisik kembali apa terjadi pada tanggal 30 September 1965 dan hari-hari setelahnya. Seperti menerobos tabir gelap yang masih misteri.  Beragam buku sudah diterbitkan, yang memunculkan beragam versi dan perspektif. Siapa yang berbuat, siapa yang menanggung akibat. Ratusan, ribuan, bahkan ada yang menghitung sampai jutaan korban melayang se-antero bumi pertiwi.

Seperti kutukan yang sengaja dibuat, bagi sebagian korban yang selamat bersihkan namanya merupakan harga mati. Soal pelakunya, ada yang diadili dengan penjara sebagai konsekuensi, ada pula yang masih bebas melalang buana di jalanan dalam usian yang tak lagi muda.  Tragedi kemanusian 1965 ini sampai sekarang masih hangat untuk diperbincangkan, terutama  soal siapa otak dibalik tragedi yang mengguncang rasa kemanusiaan. Nah, berikut ini ada tiga film dengan masing-masing perspektif yang menyorot tragedi kemanusian pada tahun 1965.

1.Film The Act of Killing / Jagal

the-act-of-killing-jagalBanyak yang bilang film unik ini menampilkan sesuatu yang berbeda dari apa yang terjadi di tahun 1965. Dengan perspektif baru, film dengan jenis film dokumenter ini dibuat oleh sutradara asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer.

Fokus film bukan pada korban melainkan para pelaku  pembunuhan terhadap orang-orang PKI di tahun 1965-1966. Dikisahkan secara gamblang bagaimana para pelaku-pelaku tersebut membenarkan aksi tindakannya menggayang mereka yang disangkakan sebagai orang-orang komunis.

Film ini sebagian besar gambarnya diambil di sekitar Medan, Sumatera Utara, Indonesia dalam rentang waktu 2005 sampai 2011. Film ini pun diputar kali pertamanya secara internasional di Toronto International Film Festival pada bulan September 2012. Di Indonesia sendiri film Act Of Klling diputar perdana di Jakarta pada 1 November 2012. Film Jagal, sampai bulan Agustus 2013, telah diputar pada lebih dari 1.000 pemutaran di 118 kota/kabupaten di seluruh Indonesia sejak 10 Desember 2012.

2.Film 40 Years of Silence

40-Years-of-Silence-PosterBerbeda dengan film The Act of Killing, film ini ingin memberikan pencerahan dan sudut pandang berbeda. Film yang disutradarai Robert Lemelson dan berdurasi 86 menit ini mengisahkan kesaksian dari empat keluarga korban tragedi 1965 yang distigma sebagai pengikut PKI di Bali, Jogja dan Jawa Tengah.

Dikisahkan dalam film tersebut, rasa traumatis yang melanda mereka yang mendapat  stigma pengikut partai terlarang akibat menyaksikan peristiwa penghilangan ratusan hingga satu juta nyawa orang. Selain itu juga adanya jurang pemisah di masyarakat akibat peristiwa di tahun 1965 tersebut.

3.Film Penghianatan G 30 S/PKI

20130825203910!Pengkhianatan_G_30_S-PKIPada masa Orde Baru berkuasa, film ini adalah film wajib yang tayang setiap malam pas tanggal 30 September. Banyak kalangan menilai, inilah film propaganda sempurna yang pernah dibuat oleh pemerintah. Lebih kasarnya lagi ada yang mengatakan bangsa Indonesia seperti dicuci otaknya secara massal oleh isi yang ada di film dokudrama  tersebut.

Film ini disutradarai dan ditulis oleh Arifin C Noer, diproduseri oleh G. Dwipayana, dan dibintangi Amoroso Katamsi, Umar Kayam, dan Syubah Asa. Diproduksi selama dua tahun dengan anggaran sebesar Rp. 800 juta, film ini disponsori oleh pemerintahan Soeharto.

Film ini dibuat berdasarkan pada versi resmi menurut pemerintah kala itu dari peristiwa “Gerakan 30 September” atau “G30S” (peristiwa percobaan kudeta pada tahun 1965) yang ditulis oleh Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh, yang menggambarkan peristiwa kudeta ini didalangi oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?70598

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :

intero