Kabari News – Médecins Sans Frontières/Dokter Lintas Batas  (MSF) segera meningkatkan aktivitasnya di Liberia di saat respons internasional terhadap wabah Ebola di Afrika Barat masih kacau dan sama sekali tidak memadai. Dalam minggu pertama, pusat manajemen Ebola pertama MSF – disebut sebagai ELWA3 – di Monrovia, ibukota Liberia, sudah mencapai batas kapasitas dengan 120 pasien, saat ini perluasan sedang dilakukan. Sementara itu, di bagian utara negara ini, pasien terus berdatangan ke pusat manajemen Ebola yang baru direhabilitasi di Foya.

”Ini adalah hal yang tidak bisa diterima, lima bulan setelah wabah Ebola diumumkan, diskusi yang serius baru dimulai mengenai kepemimpinan internasional dan koordinasi,” ujar Brice de le Vingne, Direktur Operasi MSF dalam email yang diterima kabarinews.com (28/8).”Melindungi diri sendiri adalah fokus utama negara-negara yang memiliki keahlian dan sumber daya yang bisa menciptakan perubahan besar di negara-negara yang terkena dampak. Mereka bisa melakukan lebih dari ini, jadi kenapa mereka tidak melakukannya?”katanya.

Wabah ini menyebar dengan cepat di Monrovia, sehingga sedikit fasilitas medis baru yang menerima pasien Ebola kewalahan. Sebagian besar sistem medis di kota ini ditutup karena staf dan pasien takut akan keberadaan virus ini; akibatnya, banyak orang tidak mendapat layanan kesehatan sama sekali, ini menciptakan situasi darurat di dalam situasi yang sudah darurat.

”Dalam situasi pasca-gempa, sulit dibayangkan penduduk akan sangat kekurangan tempat di mana perempuan bisa melahirkan dengan aman, atau tempat di mana penduduk bisa dirawat untuk kondisi-kondisi yang mengancam nyawa,” ujar Lindis Hurum, Koordinator Darurat MSF di Monrovia. Keadaan saat ini bukan hanya sebuah wabah Ebola – ini adalah sebuah keadaan darurat kemanusiaan, yang membutuhkan repons kemanusiaan dalam skala yang besar.

Jumlah orang yang datang untuk mendapat perawatan di fasilitas 120-ranjang di Monrovia, yang baru dibuka tanggal 17 Agustus, terus bertambah dengan cepat di luar kapasitas tim, baik kapasitas ranjang maupun staf. Pasien berdatangan dari hampir semua distrik di kota ini. Staf berjuang untuk menyaring pasien baru, merawat pasien yang baru masuk, meminggirkan jenazah dengan aman dan membawanya ke krematorium.

”Jumlah pasien yang kami lihat di sini sangat banyak dibandingkan yang kami lihat di wabah-wabah sebelumnya,” ujar Hurum. ”Buku panduan kami ditulis untuk pusat Ebola dengan kapasitas 20 ranjang, dan sekarang kami menambah kapasitas lebih dari 120 ranjang. Situasi ini berarti kami harus terus beradaptasi dan kami merekrut dan melatih staf kesehatan dan kebersihan (hygiene) siang dan malam. Prioritas saat ini adalah memastikan fasilitas tetap aman, memisahkan pasien yang terduga, mungkin, dan dikonfirmasi (terjangkit Ebola) serta menyediakan perawatan pendukung.”

Seperti pusat Ebola lainnya, ELWA3 memainkan peran penting dalam meredam wabah dengan cara mengisolasi pasien Ebola dan mencegah infeksi lebih lanjut. Namun, jumlah pasien yang datang dalam jumlah banyak yang belum pernah terjadi sebelumnya ini memaksa MSF untuk mengurangi tingkat layanan yang diberikan. Misalnya saja, saat ini tidak mungkin untuk memberikan perawatan melalui urat nadi/pembuluh darah.

MSF bersiap-siap untuk melanjutkan konstruksi dan mendirikan tiga tenda besar dengan kapasitas 40 ranjang di masing-masing tenda.Di daerah Foya yang sangat terpencil, di dekat perbatasan Guinea, kurangnya bantuan memperburuk keadaan darurat ini. Tim MSF bekerja sepanjang waktu untuk meredam epidemi dan saat ini pusat manajemen Ebola merawat 67 pasien.

”Kami menghadapi situasi yang sangat kacau, dan nyaris tidak ada organisasi bantuan yang terlihat,” ujar Hugues Robert, Manajer Darurat untuk MSF. ”Di beberapa tempat di dekat Foya, Kementerian Kesehatan kekurangan perlengkapan pelindung yang sangat esensial untuk manajemen medis penyakit ini.

Mereka juga memiliki kapasitas yang terbatas untuk menguburkan jenazah dengan aman, dan menyediakan layanan ambulans untuk merujuk pasien. Mereka butuh bantuan. Di samping menyediakan layanan medis darurat, kami juga memprioritaskan edukasi masyarakat tentang penyakit ini dan bagaimana mencegah penyebarannya.”

Di Nigeria, MSF telah mulai menyediakan dukungan teknis ke otoritas kesehatan setempat dalam memerangi wabah Ebola di kota Lagos. MSF menyediakan keahlian teknis dalam hal isolasi pasien, melacak orang-orang yang telah melakukan kontak (dengan orang yang terjangkit Ebola), melatih dan memberikan penyuluhan ke masyarakat. Bantuan MSF dirancang untuk satu bulan dan hanya dalam bentuk bantuan nasihat teknis

Saat ini, Nigeria tidak membutuhkan bantuan langsung MSF. Tim yang terdiri dari enam orang membantu bangsal isolasi yang didirikan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (Infectious Disease Hospital), dan pusat rujukan untuk pasien Ebola berada di Lagos. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?69352

Untuk melihat artikel Kesehatan lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan

 

 

 

 

Kabaristore150x100-1