Gde Sardjana-

Dengan saling peduli, hidup menjadi indah dan  terasa ringan. Dalam kiprahnya, Palang Merah Indonesia (PMI) memupuk semangat kepedulian ini dalam tindakan nyata, yakni menolong para korban saat bencana. H Gde Sardjana, Dipl. Ing, SE, MMGde Sardjana terus bersemangat saling  membantu selaku kiprahnya sebagai Wakil Ketua PMI  DKI Jakarta, Bidang Relawan dan Bencana.

 Saat ini sering sekali terjadi musibah dan bencana alam. Di seluruh dunia, tak terkecuali di Tanah Air kita. Tak sedikit peristiwa itu menelan korban jiwa dKegiatan PMI DKI saat musibah banjir.an tak terhitung jumlah material yang lenyap begitu saja. Sangat mengenaskan melihat para korban bencana yang menderita luka, juga kehilangan sanak keluarga dan tempat bernaung.

“Di tengah kondisi sulit seperti itulah, Palang Merah Indonesia (PMI) hadir menolong para korban, baik saat banjir, kebakaran, hingga tsunami. Intinya, PMI harus selalu siap di lokasi bencana. Sesuai arahan Ketua PMI, Bapak Jusuf Kalla, standard operation procedure (SOP) mengharuskan, dalam 5 jam pasca bencana atau musibah, PMI harus sudah ada di lokasi, lengkap dengan tenda dan segala fasilitas yang dibutuhkan untuk menolong korban,” ujar mantan ChiefEngineer di perusahaan pelayaran nasional PT Djakarta Lloyd (1975-2000) dan kini terjun di perusahaan swasta dan menjadi konsultan ahli di sebuah perusahaan oil chemical.

Donor Darah, salah satu aktivitas PMI. Dijelaskannya lebih jauh, PMI berpegang pada 7 pilar dalam berkiprah, di antaranya prinsip kenetralan atau ketidakberpihakan. Di situlah PMI berkiprah secara total di situasi apa pun. Prinsipnya, memberikan bantuan yang dibutuhkan korban, baik pertolongan medis, ketiadaan makanan diberi pangan, juga fasilitas-fasilitas lain yang dibutuhkan.

Di UUD ’45 tidak ada yang menyebutkan tentang PMI, sehingga sampai saat ini PMI bersifat swadaya. Tidak ada anggaran dari pemerintah. Untuk dapat menolong korban bencana, PMI diizinkan pemerintah untuk mencari dana dari masyarakat melalui program ‘Bulan Dana PMI’ pada 2-3 bulan tiap tahun. Bisa juga dana digalang dari bantuan Pemerintah Daerah melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau bantuan dari IRC atau sumbangan dari negara tetangga. Uang inilah yang dikelola oleh PMI untuk kegiatan kemanusiaan, termasuk melatih relawan dalam memberi pertolongan secara baik dan benar. 

“Pemerintah daerah yang mendukung kiprah PMI, seperti DKI Jakarta, kami bisa memiliki mesin proses darah yang canggih, melebihi fasilitas medis di rumah sakit Singapura. Namun, pada waktu bencana yang besar sehingga PMI mengalami defisit. Di situlah, mesti mencari sumber dana untuk dapat terus membantu korban, misalnya mengajukan bantuan dana melalui CSR (Corporate Social Responsibility) atau juga dari pengurus,” lanjut Gde Sardjana yang juga aktif membina atlet Indonesia selaku Wakil Ketua Umum III di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

PMI, kegiatan swadaya untuk masyarakat.Sesuai bidang Relawan dan Bencana yang dipimpinnya di PMI DKI Jakarta, Gde terus menularkan semangat peduli menolong sesama. Diharapkannya, kelak  bermunculan relawan yang memiliki jiwa kepeduli an kepada sesama. Siapa saja bisa ikut menjadi relawan, dan kegiatan PMI murni bersifat panggilan batin, karena tidak bergaji. Namun, dengan menjadi relawan berarti telah menabung sebagai bekal di kehidupan akherat. (Mailahana Zahra)

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?59658

Untuk melihat artikel Jakarta lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

greatpremium