Perpustakaan Nasional

Diantara sekian banyak orang di bumi Nusantara ini, masih ada segelintir orang yang memiliki semangat untuk menyebarkan virus membaca. Mereka berkarya dalam diam dan tak mencari penghargaan. Bertahun-tahun mereka bergerak berdasarkan cinta kepada buku dan berharap dapat menyebarkan cinta yang sama kepada banyak orang.

Walaupun tidak memiliki kelebihan materi dan hidup ala kadarnya, mereka rela berkorban demi buku. Tak sedikit uang yang telah mereka keluarkan untuk membeli buku agar bisa dibaca oleh banyak orang. Mereka para penyebar virus membaca kini telah terendus media dan keberadaannya menginspirasi banyak orang.

Mereka menyebarkan virus yang unik. Virus yang satu ini memang bukan sembarangan virus. Bukan pula virus berbahaya. Virus membaca atau cinta buku adalah virus yang kita tunggu-tunggu. Ya, sepertinya kita semua memerlukan virus ‘berbahaya’ ini agar menjadi orang yang kaya ilmu, sarat informasi sekaligus bijak.

Perpustakaan Keliling Kiswanti

Perpustakaan Mobil

Kiswanti tak pernah menyangka jika dirinya bisa menjadi pembicara di Filipina. Padahal beberapa tahun sebelumnya, ia datang ke Filipina sebagai seorang pembantu. Namun, kini ia datang sebagai seorang yang akan membagikan ilmu dan menyebarkan semangat juang terhadap buku. Ia menjadi seorang inspirator membaca dan mencari ilmu.

Tahun 2000, kiswanti mulai bersepeda dari kampung ke kampung di kecamatan Parung Bogor untuk meminjamkan buku kepada masyarakat. Ia tak menarik uang sepeser pun untuk buku yang dipinjamkannya. Kiswanti yang hanya lulusan SD memang sudah mencintai buku sejak kecil. Adalah sang ibu yang mengajarinya untuk menyukai buku. Di tengah keterbatasan ekonomi, Kiswanti mulai mengkoleksi buku. Ia bahkan merelakan uang hasil kerjanya untuk membeli buku. Saat menjadi pembantu di Filipina pun ia minta dibayar dengan buku bermutu. Semua dilakukan atas dasar kecintaannya terhadap buku.

Pameran Buku

Kini, Kiswanti sudah meraih berbagai penghargaan. Jerih payahnya yang tanpa pamrih membuahkan hasil. Sudah berdiri Warung Baca Lebak Wangi lengkap dengan perpustakaan dan berbagai kegiatan. Ruang baca buka 24 jam dan tak pernah dikunci. Kegiatan rutin bagi anak, remaja para ibu dan para bapak pun tak pernah sepi.

Menarik untuk mencermati bahwa Kiswanti banyak memanfaatkan ilmu dari buku. Dari buku-buku itulah, ia mengajak para ibu mengadakan kelompok simpan pinjam dan kelompok memasak. Ia juga mengajak para bapak untuk bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan kosong dan beternak.
Para relawan pun banyak yang bergabung di tempat ini. Berbagai kursus bisa berjalan berkat para relawan yang mengajarkan komputer, bahasa Inggris, PAUD, mengaji, matematika dan fisika. Untuk perpustakaan keliling pun, diambil alih oleh relawan yang kini berkelililing kampung menggunakan motor.

Rumah Baca Panter

Rumah Baca

Di tahun 2012, berdiri sebuah rumah baca di Depok. Yang menarik, rumah baca ini berdiri di kawasan Terminal Depok. Pendirinya pun adalah organisasi Paguyuban Masyarakat Terminal (Panter). Abah Agus Kurnia, ketua Rumah Baca Panter mengatakan, bahwa rumah baca ini bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat. Salah satu targetnya adalah memberantas buta aksara dan memberikan pengetahuan kepada para supir,kernet, pedagang asongan, pengamen dan anak jalanan. Semua dilakukan dengan gratis, tanpa memungut bayaran.

Didukung oleh para relawan yang berasal dari mahasiswa, rumah baca ini mengadakan kegiatan belajar mengajar. Berbagai macam kegiatan belajar ada di sini, mulai dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPS, matematika, iqra, teater, perakitan komputer, kerajinan tangan dan keterampilan, serta violin.

Selain menyediakan berbagai macam buku untuk dibaca gratis, Panter juga merintis pendirian Yayasan Bina Insan Mandiri. Dengan yayasan ini, kiprah mereka menjadi lebih luas dengan mendirikan sebuah sekolah yakni Sekolah MASTER Depok.

Taman Bacaan Masyarakat Arjasari

Taman Bacaan

Bermula dari ruangan dapur yang hanya berukuran 3 x 3 meter, Agus Munawar memulai semua mimpinya. Ia dan buku-buku koleksinya menjelma menjadi sebuah Taman Bacaan Masyarakat Arjasari di Kabupaten Bandung. Agus kerap menyisihkan uang untuk membeli buku bacaan bekas bermutu untuk melengkapi TBM nya. Semua dilakukan dengan sedikit demi sedikit. Hingga koleksi bukunya menjadi banyak dan cukup untuk menjadi sebuah taman bacaan.
Agus menjalankan TBM Arjasari di Kabupaten Bandung dengan serius sehingga diapresiasi baik oleh masyarakat. Anak-anak pun menyukai kegiatan di TBM tersebut sehingga menjadi kegiatan rutin. Selain TBM binaan Agus, TBM lain sudah tersebar di Indonesia dan memberikan peran positif untuk menumbuhkan minat baca anak-anak.(1008)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?58395

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Pacific-States