Perempuan punya banyak kelebihan. Selain cerdas, memiliki multitalenta, terampil, tekun, ulet, teliti, luwes, sekaligus ‘tahan banting’ yang mendukungnya sukses dalam dunia usaha. ‘Kabari’ mewawancarai Ir Dra Giwo Rubianto MPD dan Ir Liesa Larasati MM, para praktisi bisnis, tentang dunia usaha di Indonesia. Jangan lewatkan pesan penting dari Lusie I Susantono, SH, MBA, LLM agar berbisnis tidak tersandung masalah hukum.

Dalam 10 tahun terakhir Indonesia mengalami kemajuan pesat di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertumbuhan ekonomi pada 1998 minus 3,1%, bertumbuh pesat jadi 5,1% pada 2004, kemudian pada 2008 menjadi 6,4%. Cadangan devisa semula US$33,8 miliar naik jadi 69,1%. Tingkat kemiskinan turun drastis, pada 1998 mencapai 24,2% turun pada 2008 tinggal 15,4% dari jumlah penduduk Indonesia. Besar utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) juga dipangkas, dilunasi sebesar US$7,8 miliar dari utang US$9,1 miliar pada 1998. Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini di atas 6% , maka McKenzie Global Institute, Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi makro ekonomi Indonesia pada 2030 akan melejit dari posisi 16 saat ini menjadi nomor 5 teratas di dunia.

Untuk itu Presiden SBY terus memberdayakan segala sektor di masyarakat untuk menghidupkan dunia usaha. Ia pun mau belajar dari Muhammad Yunus, penerima Nobel Perdamaian dari Bangladesh, yang sukses mengembangkan Grameen Bank, bank for the poor. Programnya ternyata mirip dengan yang dimotori Bank Rakyat Indonesia, tetapi mengapa di Bangladesh berhasil? Ternyata kunci sukses menggerakkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan skema kredit yang diberikan itu berkat peran kaum perempuan di dalamnya.

Dari situlah, Presiden SBY memadukan beberapa Departemen dan Kementerian untuk membentuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Perempuan dilibatkan sebanyak-banyaknya, ternyata, berhasil. Indonesia bisa keluar dari krisis global pada 1998 dan 2004 berkat sumbangsih mayoritas perempuan dengan usaha kecil menengah (UKM) di bidang kreatif yang mereka tekuni.

Poin Plus Perempuan

Ir Dra Giwo Rubianto MPD, Direktur Utama PT Bumisatu Indah dan Komisaris PT Waringin Multicipta yang bergerak di bidang properti, mengakui hal itu. Dalam catatan Kementerian Koperasi dan UKM pada 2012, katanya, perempuan berperan sangat tinggi. Sebesar 39% atau 21 juta orang pelaku usaha adalah perempuan, jumlahnya naik 43% dibanding 10 tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbangkan dari industri kreatif dan UMKM.

Ir Liesa Larasati MM, Direktur Utama PT Bermitra Inovatif Sistem Andalan (BISA) dan PT Bermitra Abdi Selaras (BASS), unit bisnis dari organisasi nir laba Research Center for System and Development atau Center for System, juga mengakui perkembangan menggembirakan itu. Terlihat kini banyak perempuan pengusaha yang sukses, hingga merambah ke dunia usaha yang didominasi laki-laki, seperti elektronik, teknologi dan otomotif. Hal ini tak luput dari ‘kelebihan’ yang dimiliki perempuan, seperti karakter yang tangguh, teliti, tekun, dan jujur.

Namun kedua pebisnis tersebut tak menampik masih adanya titik lemah yang menjadi kendala sehingga gerak perempuan dirasa lambat. Salah satunya, budaya patriarki, di mana orang tua memberi kesempatan bersekolah tinggi lebih kepada anak laki-laki dalam keluarga. Akibat sifat nurture dan nature-nya, perempuan akhirnya dianggap lebih cocok menduduki posisi administratif dari pada yang strategis. Juga dalam menjalankan roda usaha, perempuan dinilai lebih pas jadi ‘pendamping’ bagi pebisnis laki-laki ketimbang sebagai pelaku utama ekonomi, baik selaku kreator dan dinamisator ekonomi.

“Perempuan mesti keluar dari pemikiran yang tidak relevant lagi ini. Tentu mesti didukung oleh keluarga maupun pendamping hidupnya. Bila ini didapat, lalu berhasil merealisasikan impiannya, perempuan perlu berterima kasih untuk itu. Di balik keberhasilan perempuan pasti ada pendamping hidup yang sangat suportif,” papar Liesa, yang bergerak di bidang agrobisnis, industri pangan dan energi untuk menciptakan ketahanan pangan dan mengembangkan sumber daya manusia di Indonesia.

‘Bola’ Ada di Tangan Perempuan

Giwo Rubianto dan Liesa Larasati sepakat mendukung kebijakan pemerintah dalam mengaktifkan peran perempuan di sektor bisnis dan ekonomi. Di samping mengharapkan peran pemerintah dalam menurunkan regulasi, kebijakan operasional dan solusi reformasi budaya yang ramah perempuan. Mereka juga mengajak kaum perempuan untuk mau jadi pembelajar sejati. Terus meningkatkan kualitas diri dan berprestasi di bidangnya.

Giwo sendiri sebagai pengusaha properti terus meningkatkan nilai lebih dalam mengelola jenis bangunan yang dibuatnya. “Kami membangun properti yang mendukung program pemerintah dalam penyediaan papan untuk masyarakat perkotaan (town house dan apartemen), kemudian sarana pariwisata yang memadai (hotel), kawasan industri dan pergudangan yang fungsional, serta ruang perkantoran yang modern dan memadai.,” tandasnya.

Adapun Liesa Larasati, bahu-membahu dengan Prof Dr Eriyatno, MSAE, pakar Ilmu Sistem di Indonesia yang menjadi direktur di perusahaannya. Mereka terus menyempurnakan produk buatan mereka, beras non padi (BNP) bernama BRASIA, juga melakukan sosialisasi di dalam dan luar negeri. Maret lalu, Wakil Sekretaris Umum di Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) itu, bersama tim IPB ke Amerika, berkunjung ke Michigan State University dan University of Washington, lalu ke National Food Research Institute (NFRI) di Jepang. Selain mengenalkan produk temuan, juga mengajak bekerja sama di bidang penelitian.

“BNP hasil teknologi yang belum pernah dilakukan di dunia ini mencoba menjawab isu kelangkaan pangan di dunia, terlebih nasi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Dengan BNP, kita bisa makan ‘nasi’ dari bahan baku setempat (local base resources), seperti jagung, sorgum, sagu dan sumber karbohidrat lainnya. Lebih sehat, karena kadar gulanya rendah, murah, dan tidak perlu sawah untuk budidaya bahan bakunya,” papar Liesa.

Sebelum mengakhiri perbincangan, Giwo dan Liesa mengajak perempuan menjawab peluang di sektor ekonomi yang terbuka lebar. “Tinggal perempuan, mau dan mampu memanfaatkan kesempatan secara positif, tapi tetap mengutamakan keluarga. Juga pemerintah sebagai pemangku kebijakan, diharapkan terus mendukung terciptanya lingkungan usaha yang kondusif, juga peran serta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA)”, tandas Liesa yang disambut baik oleh Giwo.

ASPEK HUKUM YANG MESTI DIINDAHKAN

Selain modal material, hal-hal fundamental, seperti kesiapan dan pengetahuan bidang hukum hendaknya jadi perhatian bagi pengusaha. Simak petunjuk penting berikut dari advokat dan konsultan hukum, Lusie Susantono, SH, MBA, LLM agar Anda tak tersandung masalah hukum.

1. Kenali jenis wadah/bentuk usaha Anda. Perusahaan perorangan, persekutuan perdata, firma, CV (comanditer venootschap), PT (perseroan terbatas), atau koperasi. Masing-masing menuntut ragam tanggung jawab berbeda.

2. Lengkapi persyaratan administrasi, dari Surat Domisili (Kelurahan, Kecamatan), Tanda Daftar Perusahaan (TDP dari Dinas Perdagangan), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP dari Perdagangan), NPWP, perijinan dari institusi sektoral (kesehatan, pendidikan, perhubungan, dll).

3. Perhatikan ketentuan hukum ketenagakerjaan, dari masalah rekrutmen hingga PHK dan perselisihan industrial.

4. Pahami dasar hukum kontrak di Indonesia, batas tanggung-jawab, hak dan kewajban dalam melakukan kontrak agar tidak terjadi pelanggaran.

5. Bekali diri dengan pengetahuan tentang aspek hukum, etika, moral dan Good Corporate Governance (GCG), termasuk larangan dan pencegahan korupsi. Juga tentang Hukum Persaingan Usaha, HAKI, Hukum Pasar Modal, tentang investasi asing maupun perdagangan internasional.

Sekiranya memerlukan pemahaman yang lebih detail, hubungi konsultan hukum Anda. Selamat berbisnis!(1003)

Untuk share  artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?54767

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported by :