Teh Poci. Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti sudah pernah mendengarnya. Namun, belum tentu kita pernah mencicipinya. Apalagi menikmatinya. Bukan saja karena tidak tertarik namun juga karena cukup sulit untuk mendapatkannya. Apa sih sebenarnya Teh Poci itu?

Untuk masyarakat Jawa terutama di daerah Slawi, Tegal dan Brebes, Teh Poci sangat dikenal. Apalagi untuk penduduk di daerah Slawi. Teh sudah menyatu dengan budaya masyarakat Slawi. Bahkan saking cintanya masyarakat Slawi dengan teh, untuk souvenir pernikahan pun mereka memberikan teh yang sudah dibungkus kecil-kecil.

Jika menyebut Teh Poci, sebenarnya bisa berarti dua hal. Pertama, merupakan merek teh atau Poci sendiri berarti piranti khusus untuk minum teh yang terbuat dari tanah liat. Adapun untuk tata cara minum teh dari poci ini biasa disebut juga Moci.

Budaya moci sudah dikenal sejak lama, cara minumnya pun menarik. Moci biasa dilakukan pada saat berkumpul bersama-sama sebagai teman untuk ngobrol. Teh diseduh di dalam poci yang khusus digunakan untuk menyeduh teh. Kemudian teh dituang ke dalam cangkir. Teh yang keluar dari poci tanah tersebut memiliki aroma dan rasa yang khas karena bercampur dengan tanah dari poci. Berbeda dengan yang biasa kita lakukan, teh poci menggunakan gula batu sebagai pemanisnya.

Konon, untuk poci yang digunakan menyeduh teh, makin sering digunakan akan makin memberikan sensasi rasa enak pada teh. Itu disebabkan karena, aroma teh sudah melekat diĀ  Poci tersebut, sehingga membuat aroma dan rasa yang lebih kuat.

Masyarakat Jawa sangat menyukai teh yang nasgitel yakni kependekan dari panas, legi (manis) dan kental. Jangan tanya nikmatnya menikmati Teh Poci. Aroma yang khas, rasa sepet dipadu dengan rasa manis dari gula batu sungguh membangkitkan selera. Sangat nikmat dan membuat ketagihan.

Dilihat dari sejarah, Indonesia adalah salah satu negara penghasil teh yang sudah menjadi penghasil teh sejak zaman penjajahan. Dulu masyarakat kita dipaksa untuk menanam teh oleh penjajah. Teh yang berkualitas nomor satu dibawa oleh para penjajah. Sedangkan kita sendiri hanya menikmati teh kualitas nomor dua. Namun, sekarang kita menjadi tuan di negara sendiri dan bisa menikmati teh terbaik dan berkualitas dari nusantara. Teh dan budaya Moci menjadi salah satu peninggalan budaya yang patut kita lestarikan.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?53599

Untuk melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik disini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
____________________________________________

Supported by :