Yatim saat di tingkat 1 Universitas Sriwijaya dengan 7 adik sebagai tanggungan. Ia memilih berhenti kuliah untuk bantu Emak, sapaan Ibundanya, Hj Badariah (72) cari uang. Tapi ia dilarang keras. Konsekuensinya, ia jadi kenek truk, berjualan kue dan mengajar. Perjuangan itu pada akhirnya berbuah manis. H Yusroni Yazid, SE, MM (50) itu, di luar sangkanya, bisa menjadi Bupati Bangka.

Pak atau Bang Yus, pria kelahiran 25 Desember 1962 itu, biasa dipanggil sehari-hari. Dalam karier ia orang nomor 1 di Kabupaten Bangka yang berpenduduk 314.000 jiwa lebih itu, tetapi sebagai pribadi, ia tetap seorang yang bersahaja, ngemong kepada adik-adiknya dan amat hormat kepada Ibundanya.

“Ibu adalah inspirasi, sumber kekuatan, sekaligus motivasi bagi saya dan adik-adik semua. Setelah Ayah meninggal pada 1982, Emak umur 42 tahun waktu itu dan ibu rumah tangga mesti mengambil alih peran Ayah yang sangat berat itu. Tapi dia ikhlas dan tidak pernah mengeluh meski untuk itu mesti jadi buruh cuci, jualan kue, sampai merantau ke Jakarta untuk biayai anak-anaknya sekolah,” kenang penggemar olahraga bola kaki ini.

Sebagai anak sulung, Yus sempat minta izin kepada ibunya untuk berhenti kuliah. Ia ingin mencari uang saja buat meringankan beban ibunya. “Satu hal yang Emak bilang, ‘Tidak satu pun yang boleh putus sekolah. Dari situlah saya kumpulkan adik-adik untuk rajin belajar dan berlomba menjadi yang terbaik. Emak kerja keras, kami kakak-adik saling mendukung. Secara estafet kakak membiayai pendidikan adik, dan sungguh tidak menyangka bahkan kini 5 dari 8 anak Ayah-Ibu, Yazid Kalim-Hj Badariah, berhasil jadi master,” tambahnya.

Mencapai Sukses Tak Bisa Sendiri

Lulus S1 Fakultas Ekonomi dan S2 Manajemen, Yusroni meninggalkan pekerjaannya sebagai guru bahasa Inggris di SMP dan SMA untuk berkarier di politik. Menanggapi hal ini, ia sempat tersenyum. Diakuinya, pilihannya itu terinspirasi oleh keinginan mendiang ayahnya, dan juga mewarisi bakat pamannya, Syahdan Amin, seorang tokoh politik di Bangka.

Dari muda ia memang sudah aktif di organisasi kepemudaan, kemudian ikut membantu-bantu sang paman selagi mahasiswa sehingga ia terpanggil terjun ke politik untuk mengabdi kepada masyarakat. Pada 1992 ia menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kemudian berlanjut terus dan akhirnya duduk di kursi Bupati Bangka sekarang ini.

“Hidup adalah perjuangan yang wajib dilakukan secara maksimal. Untuk hasilnya, serahkan kepada Yang Maha Kuasa. Dari pengalaman saya, kesuksesan itu tak bisa dicapai sendiri. Kita butuh tangan-tangan orang lain yang mungkin merupakan titipan atau ditunjuk Tuhan untuk menolong kita. Mereka itu bisa saja orang tua, adik, saudara, kerabat, tetangga dan teman-teman. Yang pasti kita tidak bisa berjalan sendiri,” ujar Yus.

Selain itu mengerjakan apa saja harus dengan hati. Itu pula yang dilakukannya selagi menjadi guru untuk biayai kuliah S1-nya. Guru profesi yang mulia dan memberinya keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Juga membuatnya senang belajar dan terus menambah ilmu yang dimilikinya.

“Waktu mengajar di SMP, kami membangun SMA. Saya ikhlas mengajar meski tidak dibayar, tapi ternyata ini investasi yang berbuah manis. Di dunia bisa dirasakan, semoga juga bisa dinikmati di kehidupan akherat nanti,” ujar Ayah dari 3 anak (Sari Amanda, Zharifah dan Qaidataris) ini.

Rangkul Perbedaan Untuk Keharmonisan

Bangka, ibarat pusat peleburan alami berbagai perbedaan dalam keberagaman. Di sana hidup berdampingan berbagai suku dari sebagian besar Melayu Bangka, etnis Tionghoa dan suku lain seperti Madura, Jawa, Bugis, Flores dan sebagainya. Keyakinan pun beragam dan semua dapat menjalankan ibadah dengan merdeka dan saling menghormati. Benar-benar hidup rukun dalam kebersamaan, sesuai semboyan Bangka: Bumi Sepintu Sedulang.

Semangat itu tak berhenti sebagai slogan, namun diwujudkan dalam hidup keseharian, misalnya saling berkunjung di hari peringatan keagamaan. Etnis Tionghoa dengan ringan kaki bertamu ke umat Islam yang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, begitu juga sebaliknya. Mereka ganti berkunjung ke pesta Imlek, tanpa merasa ragu atau khawatir dengan hidangan yang disajikan, karena mereka sudah memesan makanan yang halal untuk disantap.

Didukung penuh oleh pemerintah daerah, mereka menggelar Imlek Ceria untuk menyambut Imlek. Bersama-sama gotong royong menyiapkan pesta yang tercatat sebagai peristiwa budaya dan agenda pariwisata yang menarik. Beberapa kali karya mereka beroleh penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), seperti pembuatan Martabak Bangka Terpanjang berukuran 264,57 meter, kemudian replika Naga Terbesar dan Terbanyak serta replika Bunga Teratai Raksasa berdiameter 14,20 meter dan tinggi 6 meter.

“Sedikitnya ada 6 acara budaya digelar di Bangka dalam setahun. Semuanya melibatkan seluruh masyarakat, saling membahu dan tanpa disadari ini membangun kehidupan yang rukun dan harmonis. Makanya waktu terjadi kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, banyak orang yang datang berlindung di sini,” ujar Yus, gembira.

Pembangunan Pertanian dan Pendidikan

Bangka terus membangun. Ekonomi setempat mengandalkan hasil pertambangan timah, tetapi berusaha menggali sumber daya alam lainnya, seperti perkebunan lada putih, karet dan kelapa sawit, serta pertanian hortikultura berupa tanaman pangan. Ini semata untuk setidaknya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Memang kerjasama dengan bangsa lain dilakukan, baik di sektor usaha maupun pendidikan, seperti menghadirkan guru bahasa Inggris dari Amerika untuk mengajar di SMAN 1.

Pendidikan, menurut Yus, salah satu perhatian utama dalam pembangunan sumber daya manusia Bangka. Untuk itulah, sebagai mantan guru, ia merasa penting menegakkan pendidikan berkarakter, juga pendidikan inklusif yang mengizinkan siswa berketerbatasan bersekolah di kelas yang sama dengan anak-anak yang normal. Tujuannya agar mereka bisa saling mengisi, belajar bersyukur dan menerima perbedaan. Selain itu menyediakan dua kelas unggulan di SMAN Pemali dengan memberikan beasiswa dari PT Timah Tbk bagi 60 siswa dan 60 siswi berprestasi.

Yusroni tak sendiri dalam memimpin Bangka. Lilis Farida, sang istri, juga berperan membantu memberdayakan perempuan di Bangka. Begitu juga lembaga sosial kemasyarakatan digerakkan untuk melindungi perempuan dari trafficking serta menerapkan asaz kesetaraan dengan memberi kesempatan perempuan di jajaran eselon II dan III.

Trafficking adalah masalah dunia, tetapi di Bangka tidak ada yang melakukan hal itu. Justru kami kedatangan perempuan yang ditipu iming-iming bekerja, ternyata dijual. Kami banyak membantu memulangkan mereka ke kampung halamannya,” ujar Yus lagi.

Sebagai pemangku kepercayaan dari masyarakat Bangka, Yusroni terus membuka mata dan telinga, tetap berjalan lurus sesuai didikan orang tua. Jabatan, baginya, suatu sarana untuk melayani kepentingan orang banyak.

“Disiplin yang Ayah tekankan ternyata banyak sekali manfaatnya. Saya masih ingat betul didikan disiplin yang Ayah terapkan. Sebagai anak tertua, saya dituntut jadi contoh buat adik-adik. Kalau anak sulung berhasil, adik-adiknya pasti akan ikut. Akibatnya, saya jadi paling sering dipukul,” kenang Yus, tertawa. “Emak juga disiplin, tapi cara mendidiknya lemah lembut. Tidak pernah marah, apa lagi memukul. Kalau kesal, paling Emak menangis. Jadi, sebandel apa pun kami, kalau melihat Emak menangis, luluhlah hati ini.”

Dengan kedudukannya sebagai kepala pemerintahan daerah, Yusroni tetap anak yang santun bagi Hj Badariah, kepala keluarga yang bertanggung jawab dan kakak yang mengayomi adik-adiknya. Sesama bersaudara saling menjaga kerukunan. Bila semua ini dijaga, tentunya akan membangun kekuatan yang luar biasa.

“Persis seperti nilai yang dijaga teguh oleh etnis Tionghoa. Kita mesti belajar dari mereka mengenai kerukunan. Saling menolong di dalam keluarga maupun lingkungannya, sehingga bisa maju sama-sama dan hidup aman sejahtera,” tutup Yusroni Yazid, sambil tersenyum.(1003)

Untuk share  artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?52672

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :