Pada Maret 2012 seorang perempuan Indonesia menerima penghargaan bergengsi sebagai The Most Inspiring Engineer dari organisasi profesi insinyur elektro dunia Institute of Electronics and Electrical Engineers (IEEE) Asia Pasifik. Dialah Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MM, MSc, IP, Guru Besar dan Direktur Pusat Pengembangan dan Pelayanan Sistem Informasi Universitas Indonesia (UI). Inspirasinya, mengajak lebih banyak perempuan mencintai teknologi.

Perempuan kelahiran Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 7 Juli 1970 ini telah diperkenalkan orang tuanya—Drs Mursyid AM, MBA dan Dra Azizah Mursyid MSc kepada teknologi sejak di sekolah menengah. Ketika itu komputer baru saja masuk ke Indonesia. Begitu mempelajari cara kerja komputer, Riri, sapaan akrabnya, langsung jatuh hati dan tak berpindah cita-cita untuk menekuninya hingga ke perguruan tinggi.

“Saya masih ingat waktu SMP, Ayah membelikan komputer. Dengan komputer itu saya mengerjakan tugas sekolah, lalu membuat laporan perjalanan yang kemudian dikirimkan ke media cetak, dan juga menulis hasil wawancara untuk laporan studi mahasiswa,” kenang Sarjana Teknik Elektro dari Fakultas Universitas Indonesia.

Ibu 3 putri Almira (12), Naufalis (11) dan Laura (7) ini terus menekuni bidang Teknologi Informatika. Gelar MSc di bidang Software System and Parallel Processing didapatnya dari Department Computer Science, University of Sheffield, Inggris dengan Chevening Award dari British Council. Sedangkan disertasi tentang Protokol Penanganan Kemacetan Berbasis Jaringan Aktif berhasil dipertahankannya hingga berhak meraih gelar PhD dari School of Computing, University of Leeds, Inggris. Untuk melengkapi kemampuan manajerial, ia juga belajar manajemen dan mendapat gelar Magister Sumber Daya Manusia dari Universitas Atmajaya, Jakarta.

“Teknologi itu sangat menarik, terutama adanya hukum amdahl yang menetapkan temuan produk berdaya kerja dua kali lebih cepat dan harga setengahnya. Tantangan ini memacu para insinyur terus bergairah melakukan terobosan dan menciptakan temuan baru,” ujar istri dari Dr Ir Kusno Adi Sambowo, Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Solo. “Selain itu penting sekali mengikuti perkembangan di luar. Tujuannya, agar kita tahu waktu yang tepat untuk meluncurkan suatu program yang kita buat ke masyarakat. Dengan demikian, target yang diinginkan bisa dicapai.”

Perempuan Guru Besar termuda di Universitas Indonesia ini dalam kesehariannya selain mengajar, juga menyiapkan dan membimbing kandidat doktor dalam pembuatan disertasi. Untuk kegiatan terakhir ini ia berkonsentrasi penuh, karena hasil penulisan tersebut harus baik dan memenuhi standar publikasi internasional. Sebagai Direktur Teknologi Informasi, ia juga mesti mengawasi tim sebanyak 60 orang yang bertugas mengelola proses pendaftaran mahasiswa hingga pendataan wisudawan melalui online. Apa rahasianya Riri tetap bersemangat, padahal segudang tugas di kampus dan juga sebagai istri dan ibu di rumah?

“Saya menyukai semua aktivitas saya, sehingga saya menyebutnya dengan istilah ‘main-main’. Tapi dalam pengertian positif, tentunya. Saking menyenangkan, kegiatan itu disebut main-main sebab dilakukan dengan senang hati. Jadi, sama sekali bukan sebagai beban yang memberatkan,” canda wanita yang senang bermain piano, berenang dan membaca ini.

Termasuk juga kegiatan Riri dalam membuat UI Green Metric Ranking. Di sini UI memberi penghargaan kepada kampus terhijau di dunia. Sistem pemeringkatan ini telah diakui dan digunakan sebagai salah satu acuan resmi dalam menilai perguruan tinggi dunia.

Sebelum itu, mahasiswa UI juga berhasil meraih prestasi internasional dengan mendapatkan penghargaan The 4th Best Solution on Global Housing Case Challenge untuk kategori Housing Track di ajang kompetisi 3rd Annual Hult Global Case Challenge (Hult GCC), pada 22-24 Februari 2012 di London, Inggris.

AJAK PEREMPUAN AKRABI TEKNOLOGI
Selain cakap dalam teknologi, Riri juga memiliki kualitas sangat baik sebagai insinyur elektro. Dalam berkiprah, menjalankan perannya selaku insinyur elektro itu, ia dinilai aktif melakukan pelatihan dan imbauan untuk mengajak perempuan mengakrabi teknologi.

“Saya ingin mengajak semakin banyak perempuan di Tanah Air menjadi insinyur elektro. Selama ini pekerjaan sebagai insinyur dianggap monopoli kaum laki-laki, padahal tidak. Seperti laki-laki, perempuan juga punya kemampuan untuk menjadi insinyur elektro, menguasai teknologi dan berprestasi di situ,” ujar Riri.

“Rata-rata di belahan dunia lainnya, perempuan jarang yang menekuni bidang ilmu ini. Masih sedikit perempuan yang berkecimpung di dunia teknologi. Sesungguhnya, hal ini menguntungkan, karena tingkat persaingannya masih rendah. Artinya, perempuan sangat mungkin mengukir prestasi dan meraih kesuksesan di bidang ini.”

Pada intinya Riri melihat banyak keuntungan bisa didapat dengan seseorang melek teknologi. Tak terkecuali, perempuan yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan, baik yang bekerja penuh maupun paruh waktu. Ibu-ibu nelayan, misalnya. Dengan membuka internet saja, mereka bisa mendapatkan pasar baru, jenis ikan yang tengah diminati pasar, membuat produk olahan dari hasil laut dan ini bernilai jual. Jadi, sangat disayangkan bila kesempatan-kesempatan yang bagus tersebut terbuang percuma, hanya karena mereka tak paham teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi.

Kondisi serupa itulah yang coba diperjuangkan Riri bersama rekannya. Mereka menyambangi desa-desa untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya melek teknologi. Para perempuan digugah dengan menunjukkan contoh-contoh nyata tentang manfaat teknologi.

“Di rumah tangga pun, melek teknologi informasi membantu para ibu mendampingi putra-putrinya dalam menggali potensi diri mereka. Sekaligus, Ibu dapat mengawasi dan menyaring berita yang didapat anak saat mencari informasi di internet,” tambah Riri yang terinspirasi oleh ibunya untuk menjadi dosen. “Dari seorang ibu, anak belajar mengenali dunia serta menggali kemampuan-kemampuan di dalam dirinya.”

Kepada ketiga putri dan mahasiswi-mahasiswinya, peserta program belajar dan magang di Persatuan Bangsa-bangsa di Jenewa dan New York ini terus-menerus memacu mereka untuk menyukai teknologi. Ia juga sangat yakin perempuan akan mampu menciptakan temuan yang dapat memberi kemudahan dan kesejahteraan bagi masyarakat luas.

Ke depan, Riri ingin terus melanjutkan kegiatan penelitian di dalam dan luar negeri, mengembangkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang dapat diterima di kalangan nasional maupun internasional. Utamanya, melahirkan generasi muda yang melek teknologi dan menulis buku. Sejauh ini beberapa buku telah dihasilkannya bersama beberapa rekan, di antaranya berjudul Improving Performace of Mobile IP Packet Forwarding by Shifting Home Agent to Gateway Router (UI), kemudian On Developing Indonesian Access Grid and its Virtual Reality Applications(Asia Pacific Communication Conference di Perth, Australia), dan Performance Evaluation of AODV Routing Protocol on Adhoc Networks Testbed using PDAs (IEEE Malaysia International Conference on Communications and IEEE International Conference on Networks), Kuala Lumpur, Malaysia).

Melihat pencapaian Riri, memang bukan tidak mungkin perempuan-perempuan dapat mengikuti jejak Riri, berprestasi yang membanggakan. Tak berlebih bila dikatakan, dengan melek teknologi, peluang untuk maju akan terbentang luas. (1005)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?49749

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :