Sebelum bom meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh
Solo (GBIS) Kepunton Solo, nama walikota Solo, Joko Wi atau Joko Widodo, sudah
banyak dibicarakan orang. Bukan karena kekacauan, namun karena kepiawaiannya
dalam menata kota
itu.

Bila ke Solo kita akan merasakan penataan kota yang sangat baik di sana. Walikota Solo, Jokowi mampu melakukan
terobosan baru dalam mengubah kota
itu, sehingga kebijakan populisnya dapat dirasakan langsung oleh warganya.

Awalnya,
dia berhasil menata pedagang kaki lima,
tanpa gejolak sama-sekali. Dengan keahliannya berkomunikasi, Jokowi dianggap
mampu mematahkan mitos pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) harus berujung pada
bentrokan antara aparat dan pedagang, seperti yang terjadi di wilayah lain.

Empat
tahun lalu, sekitar 900 orang pedagang itu akhirnya mau dengan rela hati meninggalkan
Taman Banjarsari di pusat Kota Solo menuju lokasi baru di Pasar Klitikan. Ini
adalah salah-satu contoh keberhasilan lelaki kelahiran 21 Juni 1961 ini,
semenjak dia dipercaya menjadi Walikota sejak tahun 2005 lalu.

“Saya
selalu berpikir sederhana, dan berbuat juga sederhana”, kata Joko Widodo.”Tapi,”
lanjutnya, “(Kita) harus berani membuat terobosan, jangan rutin, jangan
monoton, (harus) selalu ada pembaharuan, selalu ada inovasi, itulah yang terus
kita lakukan”. Hal itu ditandaskan Jokowi ketika ditanya apa resepnya
selama 5 tahun memimpin warga Kota Solo.

Para
PKL yang telah sekitar 4 tahun menempati tempat baru di Pasar Klitikan, seperti
disampaikan perwakilannya, Joko Sutikno, mengaku merasa lebih nyaman berada di
lokasi yang baru. Menurutnya, Jokowi dianggap mampu memberikan pelayanan yang
baik bagi warga Kota Solo, utamanya bagi warga kalangan bawah.

Penambahan pasar tradisional menjadi prioritas Jokowi

Bersama
wakilnya FX Hadi Rudyatmo, Jokowi meminta bawahannya membuat konsep yang jelas
dan kongkrit setiap mengajukan program kerja — termasuk bagaimana
pengawasannya.

“Yang
paling penting, mereka harus bisa menerangkan ke saya, pengembaliannya seperti
apa kepada kita, return sosialnya, returnekonominya
apa, return budayanya apa,” paparnya. “Tidak hanya
menghabiskan uang, tetapi harus jelas kira-kira kembalianke
rakyat, kembalian ke masyarakat, kembalian ke
kota itu
(harus) dihitung,” jelasnya.

Belasan
warga menganggap banyak langkah perubahan yang dilakukan sang walikota. Mereka
menyebut program seperti pelayanan asuransi kesehatan untuk warga miskin, serta
layanan kesehatan dengan biaya dari APBD. Reformasi birokrasi berupa antara
lain kemudahan pembuatan KTP juga disebut sebagian warga kota itu tidak terlepas dari kepemimpinan
Jokowi.

Atas
usahanya itu, lelaki kelahiran 21 Juni 1961 ini diberi penghargaan Bung
Hatta Award 2010
. Harian Republika juga menempatkannya sebagai Tokoh
Perubahan 2010
, menyusul langkah Majalah Tempo dua tahun sebelumnya yang
memilihnya sebagai tokoh pilihan — yang dianggap berhasil
melakukan perubahan bermanfaat bagi warganya.

Pemihakannya
kepada warga miskin kota,
juga dibuktikannya dengan memberdayakan pasar tradisional, dan membatasi
pembangunan mal. “APBD itu harus sebanyak-banyaknya digunakan untuk
masyarakat, utamanya masyarakat kurang mampu,” kata Jokowi yang alumnus
Fakultas Kehutanan UGM ini . “Saya
tidak anti mal. Tetapi kita sebagai pemerintah kota harus mengendalikan mereka, membatasi
mereka,” jelas Joko.


Solo sumbu pendek

“Kalau
orang menyebut Solo itu sumbu pendek itu dulu, sekarang tidak,” tandasnya,
dengan mimik serius.Kota Solo pernah dianggap bersumbu pendek dan didiami warga yang
multiideologis.

Dia
kemudian bercerita singkat. “Memang dalam sejarah, kota
ini dibakar 11 kali, lalu balai kota itu dibakar
3 kali” .Seperti diketahui, PDI Perjuangan yang beraliran nasionalis sekuler
dikenal mempunyai basis kuat di kota
ini. Tapi di sisi lain, di sekitar kota
ini berdiri pula pesantren dan organisasi Islam yang pernah dikaitkan dengan
tersangka teroris Abubakar Baasyir.

Di
Jaman Orde Lama, kota ini dikenal pula sebagai
salah-satu basis Partai Komunis Indonesia,
PKI. “Di sini komplit, ada fundamentalis Kristen, ada fundamentalis Islam,
fundamentalis kejawen juga masih ada, bahkan fundemantelis Komunis masih
ada,” ungkapnya, terus-terang.

Menurutnya,
komunikasi dengan siapapun sangat diperlukan. “Itu sangat mendinginkan
psikologi kota.”
“Kota ini
akan menjadi dingin, sejuk, kalau komunikasi baik dengan siapapun,” tandas
Jokowi yang dikenal lebih sering menemui warganya ketimbang duduk di belakang
meja kerjanya.

Seorang
Kepala Kantor Pos yang pernah bertugas di Solo mengungkapkan,” Joko Wi
yang saya kenal adalah pemimpin yang egaliter. Tiga tahun saya di kota itu, dia mampu
berkomunikasi dengan banyak pihak, kata Bismo Ari yang pernah bertugas
di kota itu.
“Ketika bom meledak, saya yakin peledaknya bukan orang Solo. Dan ternyata
memang bukan. Di bawah pimpinan Jokowi, warga Solo tak akan mencoreng
kotanya sendiri,” ungkapnya.

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37365

Untuk melihat artikel Profil lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :