Ribuan umat Budha bersama para biksu menyemayamkan api dharma dan air
suci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah, Selasa (17/5).

Air suci dan api yang menjadi sarana utama puja bakti detik-detik
Waisak itu bersama perangkat persembahyangan lainnya mulai sekitar pukul
09.00 WIB diarak oleh umat dari Candi Mendut menuju Borobudur dengan
berjalan kaki sepanjang sekitar tiga kilometer.

Pada pukul 10.39 WIB rombongan peserta prosesi tiba di pelataran
candi dari tatanan sekitar dua juta batu andesit yang dibangun sekitar
abad ke-8 masa Dinasti Syailendra.

Air suci diletakkan di sejumlah kendi dan ditandu oleh sejumlah
orang, sedangkan api di obor dibawa menggunakan kendaraan yang dihiasi
antara lain patung Sang Budha dan rangkaian bunga. Saat tiba di
pelataran itu, sejumlah orang mengusung api dan air suci tersebut menuju
altar.

Beberapa biksu sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)
mengusung dengan tandu relik Sang Budha menuju ke altar Candi Borobudur
yang dipasangi patung Sang Budha warna kuning keemasan, rangkaian
bunga dan buah, serta lilin panca warna. Mereka kemudian memanjatkan
doa, parita, dan sutra secara takzim.

Suasana pelataran barat Candi Borobudur terlihat semarak antara lain
ditandai belasan penjor dan gelaran karpet warna kuning keemasan,
sedangkan di tengah pelataran itu diletakan bokor cukup besar berisi
rangkaian bunga.

Rombongan pembawa 12 tandu berisi antara lain gunungan padi,
palawija, sayuran, buah-buahan yang tiba di pelataran Borobudur itu
kemudian meletakkan properti prosesi Waisak 2011 di bagian panggung
altar setempat.

Selama prosesi, setiap umat membawa bunga sedap malam. Puluhan
seniman tradisional Topeng Ireng berasal dari sejumlah grup kesenian
setempat turut memeriahkan prosesi itu.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Walubi, Siti Hartati Mudaya, dan
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Walubi Jateng, David Hermanjaya, memimpin
prosesi itu, didampingi sejumlah biksu meletakkan bunga sedap malam dan
menyalakan lilin pancawarna di altar Candi Borobudur.
Mereka kemudian dengan sikap ‘anjali’ berdoa dan membaca parita
selama beberapa saat.

Hartati mengharapkan, perayaan Waisak 2011 membawa umat kepada
ketenangan batin, kebahagiaan, dan kedamaian hidup.
“Ketenangan, kebahagiaan, dan kedamaian itu dimulai dari dalam diri
sendiri,” katanya.

Ia mengatakan, Waisak sebagai momentum umat Budha untuk introspeksi
atas kehidupannya selama ini, memantapkan sikap rendah hati, dan
memperbaiki kehidupannya agar menjadi lebih baik.

“Itu modal mencapai kebahagiaan, sebelum mangkat, karena setiap
orang tentu akan meninggal dunia sehingga harus selalu memperbaiki
diri,” katanya.
Hingga sekitar pukul 11.30 WIB, para biksu dan umat masih berdoa di
depan altar di pelataran candi Budha terbesar di dunia itu.

Tri Suci Waisak oleh umat Budha untuk merayakan kelahiran Sidharta
Gautama, Sang Buddha mencapai kesempurnaan, dan wafat Budha Gautama.

Detik-detik Waisak 2011 akan jatuh pada Selasa tepat pukul 18.08 WIB
ditandai dengan meditasi dan puja bakti umat selama beberapa saat di
pelataran Candi Borobudur.

Untuk share artikel ini klik
www.KabariNews.com/?36761

Untuk melihat artikel Nusantara lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :