PT Samudera Indonesia sudah melakukan negosiasi dengan perompak Somalia soal uang tebusan yang harus dibayar untuk pembebasan Kapal MV Sinar Kudus berikut 20 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia.

PT Samudera Indonesia dan perompak Somalia telah menemukan kesepakatan tentang jumlah uang tebusan yang harus dibayar. ” Sudah ke tahap itu (jumlah uang tebusan). Sudah disepakati, tinggal mekanismenya. Saat ini sedang proses pematangan antara pemilik dan kapten perompak,” kata Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto sebelum menghadiri rapat kerja (raker) di Istana Kepresidenan Bogor kemarin (18/4). Kapal MV Sinar Kudus yang bermuatan nikel dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara dibajak 30- 50 perompak Somalia saat dalam perjalanan menuju Rotterdam, Belanda.

Kapal dibajak sekitar 320 mil timur laut Pulau Socotra, kawasan zona merah yang sangat rawan perompakan, 16 Maret lalu. Selain Kapal MV Sinar Kudus, saat ini juga ada 26 kapal lain dari 16 negara yang disandera para perompak Somalia. Jumlah anak buah kapal yang disandera sebanyak 583 orang, termasuk 20 WNI. Uang tebusan yang diminta perompak Somalia berubah- ubah.Dari semula USD9 juta menjadi USD6 juta, turun ke USD2 juta, namun kemudian naik lagi menjadi USD3,5 juta. Djoko Suyanto mengatakan, pemerintah dan PT Samudera Indonesia saat ini merundingkan mekanisme pengiriman uang tebusan lantaran tidak mudah membawa uang berjumlah jutaan dolar.

Djoko mengakui upaya pembebasan tidak mudah, lantaran banyak hal yang harus dipertimbangkan. ”Yang pasti pemerintah memilih yang terbaik dan teraman. Mengenai opsi lain, itu bukan berarti kita lemah. Harus ada perhitungan yang matang, konsekuensinya bagaimana, datanya harus lengkap,”tuturnya. Dia menuturkan, para ABK Kapal MV Sinar Kudus hingga kini dalam kondisi baik. Namun, mereka merasa tertekan. ”Memang dalam keadaan tertekan, namun masih baik,”katanya.

Pihak keluarga ABK berharap banyak.

Pembebasan ABK MV Sinar Kudus sangat dinantikan pihak keluarga. Rezka Juditya, anak dari kapten kapal, Slamet Juari mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mengharapkan pembebasan itu terjadi. Adiknya, Rezky Judiana, telah berkirim surat elektronik kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono untuk upaya pembebasan ayah mereka.

Di mata anak-anaknya, Slamet adalah ayah yang menjadi panutan anak-anaknya. Sejak kecil mereka sudah diajarkan arti kedisiplinan dan kemandirian. “ Saya dan Kiki (Rezky) sudah diajarkan bagaimana menjadi orang yang disiplin dan mandiri,” kata Rezka, anak pertama Slamet.

Dia mengaku memang terbiasa ditinggal ayahnya berlayar. Tapi kali ini memang pelayarannya panjang, sekitar 3 bulan. Setiap kali berlayar, Slamet selalu meminta agar Rezka menjaga ibu dan adiknya. Rezkapun teringat malam terakhir sebelum ayah mereka berlayar. Slamet mengajak keluarga makan seafood. Keluarga Slamet yang tinggal di Ciledug Tangerang memang penggemar seafood.

Pihak keluarga sendiri mengaku beberapa kali menerima telepon dari Slamet. Pertama kali mereka terima tgl 21 Maret siang. Air mata istri Slamet, Isyam Yuni Astutipun meleleh. “Pah, Papah sehat,” tanya Isyam waktu itu kepada suaminya. “Ya Mah, Papah sehat,” ucap Isyam meniru ucapan suaminya. Suaminya bercerita bahwa dirinya sehat namun ada salah satu ABK sakit dan persediaan makanan mulai menipis.

Slamet terakhir menghubungi keluarga pada Senin 11 April. “Bapak meminta saya menjaga anak-anak”, kata Isyam. Setelah itu, suaminya tak pernah menghubungi mereka lagi. Karena itu pihak keluarga sangat mengharapkan kebebasan mereka.

Untuk share artikel ini klik
www.KabariNews.com/?36624

Untuk melihat artikel Jakarta lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :