Jakarta, KabariNews.com – Gempa 9 skala Richter yang disusul gelombang tsunami yang melanda Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 silam meninggalkan duka mendalam di hati para korban.
Tidak hanya warga Jepang saja yang merasakan hal tersebut, namun warga negara lainnya yang ada di sana pada saat musibah tersebut terjadi juga merasakan hal yang sama.
Kepanikan dan rasa takut menghantui perasaan setiap orang di Jepang saat itu, terlebih lagi dampak yang muncul saat gempa terjadi pertama kali adalah putusnya pasokan arus listrik dan jaringan telekomunikasi sehingga menyulitkan komunikasi dan informasi sulit diterima para korban.
Hal ini pulalah yang dirasakan oleh Amelia Anisa, seorang mahasiswi asal Indonesia yang turut menjadi korban saat gempa dan gelombang tsunami menyapu sebagian wilayah Jepang.
Gadis berusia 20 tahun ini merupakan salah satu pelajar Indonesia yang masuk dalam daftar pertukaran pelajar antara Indonesia dengan Jepang.
Putri kedua dari pasangan Armen Lufti Daulay dan Sri Asih Rahayu tersebut sebelumnya kuliah di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan baru beberapa bulan saja berada di Jepang sebelum gempa besar yang menewaskan puluhan ribu orang meninggal tersebut terjadi.
“Saat itu serem banget suasananya, untuk berdiri saja susah banget karena saking besarnya getaran gempa. Di luar itu banyak banget burung gagak beterbangan dan hinggap di pohon dan atap rumah, bikin kondisi makin serem aja,” ucap Amelia saat ditemui di rumahnya di Pondok Kelapa Indah, Kalimalang, Jakarta Timur.
Saat keluar dari asramanya di Miyagi-ken, Sendai-shi, Aoba-ku, Sanjo-Machi 19-1, Tohoku Universitas International House A-215, Amelia hanya mengenakan kaos dan sendal jepit saja.
Rasa takut juga menghampiri keluarga Amelia di Jakarta saat mengetahui berita tentang gempa tersebuti. Terlebih lagi saat itu putrinya ini tidak diketahui kabar beritanya.
Sri Asih hanya bisa berdoa dan mengikuti perkembangan situasi dan kondisi di Jepang melalui pemberitaan media massa dan elektronik di Jakarta.
“Saya langsung panik begitu tahu gempa di Jepang. Saya berdoa dan berusaha cari kabar Amel. Soalnya saat kejadian saya tidak bisa menghubungi Amel, seluruh keluarga panik, tapi setelah ada telepon dari Amel malam hari saya langsung tenang,” tutur Ibu Sri.
Ibu Sri sangat bersyukur bahwa putrinya tersebut selamat dan dapat berkumpul kembali bersamanya di Jakarta. Amelia dan ratusan warga Indonesia tiba di Tanah Air setelah dievakuasi pulang oleh Pemerintah Indonesia.
Simak pengalaman Amelia dan keluarganya.
Video Part 1
Untuk video Part 2 , Klik disini

Untuk video Part 3 , Klik disini

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?36509

Untuk

melihat artikel Kisah lainnya, Klik
di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :