Buku ini cukup menarik untuk dibaca bagi yang memiliki anak
dengan problem yang sama atau bagi yang sekedar ingin tahu pengalaman
seorang selebriti memiliki anak berpenyakit autisme. Gaya bahasa yang
lugas membuat kita dapat merasakan lebih dekat kehidupan dua sisi Jenny
McCarthy, tidak mudah tapi juga menyenangkan.

Jenny McCarthy dalam wawancaranya di sebuah stasiun televisi
mengatakan, bahwa ada saat-saat tertentu bisa merasa hidup bahagia,
bebas bermain, tertawa lepas bersama sang anak. Tapi pada satu saat
merasa sangat frustrasi menghadapinya.

Dengan aktivitas yang menumpuk di luar rumah, tapi juga harus tetap
mengawasi dan mendidik seorang anak autis, Jenny merasakan naik-turun
perasaannya. “Tapi saya jalani dan saya rasakan sebagai hidup yang
komplit,” katanya.

Kehidupan penuh tawa dan airmata inilah yang bisa kita rasakan saat membaca buku Louder than Words: A Mother’s Journey in Healing Autism.
Jenny McCarthy sebagai sosok yang cantik dan ceria ini ternyata seorang
ibu yang mencurahkan seluruh hidupnya untuk Evan, sang anak serta kerap
meneteskan airmata di rumah.

Evanlah yang membuat hidup Jenny berubah dari hidup yang bergelimang
ketenaran dan pesta pora menjadi hidup yang lebih tenang. Jenny pun kini
aktif dalam yayasan sosial dan mendukung kegiatan yang berhubungan
dengan autisme.

Buku ini bukanlah sebuah panduan yang bisa dicontoh seratus persen dalam
mendidik dan memerlakukan anak autisme. Jenny mengutarakan, bahwa dia
hanya memaparkan pengalaman hidupnya dengan Evan. Bahwa ada yang setuju
atau tidak setuju dengan jalan pikirannya atau berbeda cara mendidiknya,
terserah. Yang pasti, Jenny melakukan hal yang terbaik tentunya dengan
pengawasan dan konsultasi beberapa dokter.

“Paling tidak, saya berbagi pengalaman dan keyakinan bahwa kita
jangan berpikir sendirian dalam menghadapi masalah ini.” Jenny juga
menggambarkan dari sisi Evan yang berjuang menghadapi dirinya sendiri.

Bagaimana ungkapan rasa kecewa dan keinginan kuatnya untuk hidup
normal tanpa merasa membebani ibunya. “Seorang anak autis adalah anak
yang istimewa dan tak pantas menjadi bahan ejekan,” kata Jenny.

Tergambar juga semangat pantang menyerah Jenny dalam menghadapi Evan meski tanpa dukungan beberapa keluarga dan saudaranya.

Perasaan frustrasi menunggu sepuluh bulan dalam antrian, menjalani
terapi rutin yang terkadang terasa membosankan, tapi semua dijalani
dengan lapang dada. Seperti kutipan dalam bukunya, “In no way was
Evan perfect in the eyes of parents who had typical children. He would
still repeat words a few times and flap his arms, but he was no longer
stuck in the world of autism. The healthier he became, the more the
therapists were able to teach him.”

Menyambung cerita perkembangan Evan, Jenny merilis buku keduanya, Mother Warriors : A Nation of Parents Healing Autism Againts All Odds.
Jenny berharap buku-bukunya ini dapat memberikan inspirasi kepada para
orang tua yang memiliki anak berpenyakit autisme agar tak putus
harapan. ( Riana)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36422

Untuk

melihat artikel Buku lainnya, Klik

di sini

Mohon beri nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :