Memasuki masa libur sekolah atau akhir pekan, hampir semua lokasi
wisata dapat dipastikan akan dipadati oleh pengunjung, baik wisatawan
lokal maupun mancanegara.

Bagi para keluarga, tujuan utama mereka biasanya mengajak
putra-putrinya ke tempat-tempat rekreasi keluarga seperti taman
bermain, kebun binatang ataupun pusat jajanan.

Bagi para pengelola lokasi objek wisata, ini adalah saat tersibuk
bagi mereka untuk mempersiapan segalanya guna menarik minat wisatawan.

Namun demikian, selain sekedar bersenang-senang di tempat wisata
seperti di atas, mungkin ada baiknya juga bila liburan bersama keluarga
diisi dengan hal-hal yang memiliki sifat pendidikan. Gunanya adalah
untuk si kecil.

Meski tidak seramai dengan tempat rekreasi keluarga pada umumnya,
dalam beberapa tahun belakangan ini, lokasi wisata yang sarat dengan
pendidikan, seperti museum atau tempat-tempat yang memiliki nilai
sejarah dan budaya di Tanah Air tengah menjadi tempat yang disenangi
untuk dikunjungi.

Berbagai komunitas pecinta sejarah dan budaya Indonesia yang banyak
dimotori oleh anak-anak muda dalam beberapa waktu terakhir ini terus
bermunculan, salah satunya adalah Klub Tempo Doeloe (KTD).

Klub yang didominasi anak-anak muda ini memiliki pandangan, bahwa
bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan
budayanya.

Bagi mereka, wisata sejarah atau lebih dikenal dengan wisata heritage (heritage tourism)
dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang sejarah Indonesia,
terlebih lagi bagi mereka yang memiliki latar belakang pendidikan
sejarah.

Untuk menarik minat masyarakat agar mau mengunjungi tempat
bersejarah, maka kesan membosankan dan tidak menarik adalah hal pertama
yang harus mereka ubah, menjadi menyenangkan.

“Mulai dari brosur kegiatan yang kita buat semenarik mungkin, sampai
saat pelaksanaan kegiatannya, kita usahakan agar kesan membosankan itu
hilang,” kata Ketua KTD Adrianus W. Muntu, atau yang akrab disapa Rianus.

Di beberapa kota besar di Tanah Air, seperti Jakarta, Bandung dan
Surabaya, wisata sejarah ini memiliki banyak peminat dari berbagai latar
belakang, mulai dari pelajar-pelajar sekolah, mahasiswa, maupun
masyarakat umum lainnya.

Membangkitkan rasa peka terhadap sejarah dan budaya melalui kegiatan yang bersifat rekreatif dan edukatif merupakan misi KTD, guna mencegah hilangnya hak kekayaan-kekayaan budaya dan sejarah Indonesia.

Di Jakarta, kawasan Kota Tua (Jakarta Barat) banyak dikunjungi
masyarakat yang ingin menikmati wisata sejarah diantaranya Museum
Fatahillah.

Terletak di Jalan Taman Fatahillah Nomor 1, gedung ini dahulunya dikenal sebagai Balai Kota (Stadhuis)
pertama di Batavia Centrum (sekarang Jakarta), didirikan pada tahun
1627 dan diresmikan sebagai museum sejak tahun 1974. Selain itu, Museum
Bahari sebuah gedung tua yang dulunya digunakan sebagai gudang
rempah-rempah pada masa VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie
atau Perusahaan Hindia Timur) tahun 1652. Kemudian, Menara Syah Bandar
yang pernah dijadikan menara pengawas kapal-kapal yang lalu-lalang di
Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan yang terletak di muara sungai Ciliwung
itu, adalah pelabuhan tertua di Indonesia yang hingga saat ini masih
beroperasi sejak zaman Hindu Pajajaran pada abad 14. Di dermaganya
pengunjung dapat melihat jejeran kapal-kapal tradisionil khas Bugis
jenis “phinisi”. Konon, kapal-kapal kayu tsb dahulunya sanggup
mengarungi samudera hingga ke Madagaskar.

Dengan menggunakan sepeda ontel dan topi demang, yang seolah
merefleksikan suasana pada masa dulu, adalah salah satu cara yang biasa
dilakukan para pengunjung pecinta sejarah saat sedang tur keliling
tempat bersejarah di Jakarta.

Lokasi-lokasi lainnya yang juga sering dijadikan tujuan tur wisata
sejarah adalah Museum Taman Prasasti, Museum Satriamandala, Monumen
Proklamator, Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Arsip Nasional, Gedung
Joeang ’45, Mesjid Istiqlal, Museum Nasional dan sebagainya.

Dengan ‘kemasan’ yang beraneka ragam, maka kesan membosankan saat
mendengarkan penjelasan pemandu wisata tentang asal mula atau kisah
sejarah di lokasi tertentu akan hilang.

Rianus menjelaskan, siapapun dan dari kalangan manapun dapat
bersama-sama bergabung menyusuri dan mempelajari sejarah serta budaya
Indonesia bersama KTD (arip)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36190

Untuk

melihat artikel Jalan-Jalan lainnya, Klik

disini

Mohon
beri nilai dan komentar
di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :