40 tahun belakangan ini, kartu
kredit merupakan bagian tak terpisahkan dari gaya hidup orang Amerika.
Pendek kata, tidak ada tunai, ya gesek saja.

Tetapi krisis
finansial global dan semakin ketatnya peraturan mulai mengubah sistem
pinjam meminjam di AS. Karenanya kartu kredit akan semakin sulit
diperoleh dan semakin mahal dipakainya.

Perubahan ini
pasti akan mempengaruhi banyak konsumen Amerika. Menurut perkiraan
Federal Reserve, tagihan kartu kredit warga AS adalah sekitar 1 miliar
dollar!

Mayoritas pengguna kartu kredit membayar
tagihannya tepat waktu tiap bulan, dan sistem beli sekarang bayar
kemudian tetap menjadi pilihan berbelanja yang diminati. Tetapi hampir
50 juta orang Amerika dirundung tagihan dari bulan ke bulan. Dan banyak
di antaranya adalah keluarga yang “empot-empotan” memakai kartu kredit
untuk membayar sewa apartemen, makanan, BBM dan ongkos layanan kesehatan, ungkap Elizabeth Warren, Profesor Hukum dan pakar hutang dari Harvard University.

Tanda-tanda ketatnya pemberian kartu kredit mulai muncul musim gugur lalu, ujar Curtis Arnold dari Cardratings.com, situs maya pemonitor tawaran “balance transfer” yang menjanjikan bunga rendah atau tanpa biaya awal (no-cost introductory rate).

“Setahun
lalu, banyak tawaran agresif seperti itu dengan iming-iming bunga
kredit 12 bulan 0 persen dan tanpa fee, ” kata Arnold. “Sekarang
tawaran seperti itu sangat jarang dan banyak balance transfer yang mengenakan fee
sampai 3 persen. Dan biaya awal bisa hingga 3.99 persen dan hanya
berlaku 6 bulan saja. Dan perusahaan kartu kredit juga menuntut skor
kredit yang makin tinggi, ” tambahnya.

Biasanya konsumen memakai balance transfer
ini sebagai pelampung penyelamat untuk mengatasi hutang. Tetapi,
celakanya, aturan main sudah berubah sekarang. Waktu kartu kredit
muncul pertama kali era 60-an, susah sekali mendapatkannya. Dulu kartu
kredit bahkan dianggap ‘status’ yang membedakan si kere dan si kaya.
Tetapi sejak dekade 1980 hingga 1990, penggunaan kartu kredit menjadi booming.

Dulu
perusahaan kartu kredit punya uang dan suku bunganya masuk akal.
Tetapi, sekarang mereka memperketat standar. Semakin susah meminta
kenaikan credit limit. Bahkan, semakin sulit untuk
mendapatkan kartu kredit. Pengetatan ini merupakan reaksi terhadap
kondisi ekonomi AS yang semakin memberatkan pemegang kartu kredit untuk
membayar hutangnya.

Standard & Poors mencatat bahwa semakin banyak pengguna kartu kredit kesulitan membayar lebih dari jumlah mininum.

Warren, pakar hutang dari Harvard, mengungkapkan bahwa income rata-rata keluarga Amerika anjlok lebih dari $ 1000 antara tahun 2000-2007 karena inflasi. Padahal kebutuhan pokok, BBM, perumahan dan layanan kesehatan naik lebih dari $ 4000. Serba sulit memang.

Selama
ini bisnis kartu kredit dianggap sebagai salah satu bisnis yang
menguntungkan dibanding bisnis lain yang dilakukan oleh bank-bank
komerisal. demikian menurut laporan Federal Reserve Juni lalu.

Laporan tadi mencatat bahwa bank-bank yang menawarkan kartu kredit mengirim iming-iming lewat direct-mail.
Dari 200 surat, paling tidak 1 orang terjerat. Federal Reserve
membeberkan bahwa surat-surat seperti itu mencapai klimaks hingga 6.05
miliar di tahun 2005, lalu turun menjadi 5.8 miliar tahun 2006 dan cuma
5.2 miliar di tahun 2007.

Mereka juga mempraktikan taktik
menawarkan pinjaman bunga rendah – tetapi suku bunga melambung jika
orang terlambat membayar – ini mirip subprime mortgage. Suku
bunga tinggi akibat terlambat membayar itu bisa mencapai 28.99 persen!
Ada yang biasanya membayar tagihan cuma $ 230 per bulan. Gara-gara
telat, tagihannya membengkak jadi $ 592!

Praktek kurang sedap perusahaan kartu kredit ini sedang dibahas di Washington.

Federal
Reserve mengusulkan sejumlah peraturan baru. Salah satunya, mencegah
penerbit kartu kredit menaikan suku bunga secara gila-gilaan, kecuali
jika pengguna kartu kredit terlambat membayar lebih dari 30 hari.

Tetapi,
bank-bank penerbit kartu kredit berjuang menolak aturan baru tersebut.
Karena dianggap membatasi kredit dan membingungkan di saat Federal
Reserve berusaha mengucurkan kredit.

Federal Reserve tetap
akan memberlakukan peraturan baru akhir tahun ini soal kartu kredit.
Sementara itu Kongres juga sedang menggodok peraturan tentang lain
kartu kredit. Tunggu saja.

(magenta – sumber: sfgate/ tom abate)

TIP SEPUTAR KARTU KREDIT

Peminjam
memperketat standarisasi. Mayoritas pemakai kartu kredit yang membayar
lunas biaya tiap bulan tidak akan terpengaruh. Tetapi mereka yang punya
tagihan besar dan memakai balance transfer untuk mengatur hutang mereka pasti semakin tergencet.

Berikut ini tip dari Cardratings.com :

  • Jika Anda memakai balance transfer untuk mengatasi hutang anda, pertimbang
  • kan suku bunga tetap. Meski lebih tinggi, tapi ini bisa diduga dan lebih aman daripada terus menerus balance transfer. Jangan menunggak.
  • Tanyakan apakah ada fasilitas pembayaran online atau menarik dana dari akun bank Anda.
  • Bayar lebih jika bisa. Ini bisa mengatasi hutang pokok dan menurunkan hutang Anda.
  • Pelajari soal debt-limit ratio.
    Memakai lebih dari 30% batas kartu kredit akan menurunkan skor kredit
    Anda. Jika Anda punya beberapa kartu kredit, coba lunasi hutang Anda
    sehingga tidak ada kartu kredit dengan debt limit ratio melebihi 30%.
  • Simpan saja kartu kredit aktif yang tidak dipakai dengan membayar biaya
    tahunan saja. Ini menjaga kredit jika Anda perlu dan mencegah bank
    untuk membatalkan kartu kredit karena tidak pernah dipakai.
  • Jika
    terbelit hutang, berhentilah memakai kartu kredit. Pakailah kartu
    kredit hanya untuk keadaan darurat atau lunasi setiap biaya yang muncul
    di akhir bulan untuk menghindari keadaan yang lebih buruk.

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?32209

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket