Di hari-hari mendekati Pemilihan Presiden 4 Nopember ini, Obama berulang kali mengingatkan masa pendukungnya agar jangan sedetikpun lengah dan terlalu yakin dengan semua hasil jajak pendapat. Calon Presiden berkulit hitam pertama di AS ini terus mendorong orang untuk memilih lebih awal. Kemudian, membantu para pemilih lain di hari H pemilihan umum. Bahkan, Michelle Obama, istrinya, mengaku kurang begitu memperhatikan hasil poll antara John McCain dan suaminya.

Semua hasil jajak pendapat di berbagai negara bagian memang menunjukkan bahwa Senator Demokrat dari Illinois, Barack Obama, memang mengungguli rivalnya, John McCain, Senator Republik dari Arizona. Tetapi satu isu masih menggantung di kepala banyak pendukung Obama sebelum Pemilu AS yang bersejarah ini akan terjadi.

Yakni, apakah Obama akan menjadi korban fenomena rasial dalam Pemilu yang lebih dikenal dengan Efek Bradley?

Di AS, efek Bradley berkaitan dengan perilaku pemilih dalam pemilu, di mana pemilih berkulit putih kuatir dianggap rasis, sehingga mereka berbohong kepada petugas polling bahwa mereka akan memilih calon berkulit hitam. Meski pada akhirnya mereka bisa juga menjatuhkan pilihan kepada calon berkulit sama di bilik suara.

Dinamakan Bradley karena mengambil nama calon Gubernur California yang berkulit hitam di tahun 1982. Nama lengkapnya Tom Bradley. Waktu itu Bradley menjadi Walikota Los Angeles. Sedangkan lawannya calon gubernur berkulit putih, George Deukmejian.

Dalam pemilihan itu, semua hasil poll mengisyaratkan bahwa Bradley  memimpin  polling, bahkan sampai hari akhir kampanye.

Tetapi ketika hasil pemilihan gubernur diumumkan, ternyata Deukmejian, calon berkulit putihlah yang menang.

Tak dimungkiri, saat ini para pendukung Obama dihinggapi kekuatiran Efek Bradley yang bisa saja menimpa Obama. Apalagi, hasil polling keduanya bersaing sangat ketat di beberapa negara bagian.

Selain hasil polling, harus dingat juga bahwa baru pada 6 Agustus 1965, satu abad setelah dihapuskannya perbudakan di AS dan dua hari setelah Obama berumur 4 tahun – Hak Memilih buat orang kulit hitam ditandatangani di AS. Hukum ini menghapuskan berbagai alasan ‘aneh’ yang sebelumnya menghalangi warga kulit hitam mendapat hak suara dalam pemilu, seperti alasan buta huruf, pajak bilik suara dan kuis-kus yang tidak masuk akal, seperti berapa jelly beans bisa masuk di satu toples.

Angka Obama secara signifikan lebih tinggi

Meski Obama populer di banyak negara bagian, tapi harus diingat bahwa AS tidak menganut “popular vote” tapi “electoral vote”. Artinya, jumlah suara masih akan diterjemahkan lagi ke perolehan kursi elektoral di setiap negara bagian. Dan masing-masing negara bagian punya jumlah suara elektoral berbeda. Karena itulah, Obama dan McCain berkonsentrasi memenangkan suara di sejumlah negara bagian yang disebut “battle ground state”, seperti Ohio, Florida, Missouri, Nevada dan Colorado.

Sehari sebelum Pemilu, kebanyakan analis percaya dan meyakini Obama bakal keluar sebagai pemenang. Kira-kira sekitar 320 elektoral vote, jauh diatas syarat 270 elektoral vote untuk memenangkan pemilihan Presiden AS. Sementara McCain hanya memperoleh 200 elektoral vote.

Jika itu terjadi, maka istilah Efek Bradley harus diganti menjadi Efek Obama, sebuah situasi terbalik dari situasi efek Bradley. Calon presiden kulit hitam menang terus baik dalam polling awal hingga akhir kampanye dan tampil sebagai pemenang.

Presiden Obama atau Presiden McCain di AS? Tunggu saja dalam hitungan jam!

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?32174

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

MedicIns