Betapa depresinya jika seorang yang
aktif, bersemangat, memiliki segudang ide, tiba-tiba harus diam, tak berdaya
dan takut akan sesuatu yang benar-benar akan menghentikan hidupnya.
Selama-lamanya.

Terkunci Di Dalam Tubuh

Jean-Dominique
Bauby
,
seorang editor majalah Mode di Perancis, Elle, tiba-tiba harus
dihadapkan kenyataan, pada umur 43 tahun, dia mengalami kelumpuhan total. Dalam
dunia kedokteran, kelumpuhan yang dialami Bauby bukan ‘sekedar’ stroke biasa, tapi disebut Locked-In
Syndrome
. Yakni sindrom  sindrom yang menyerang tubuh tapi otak masih berfungsi
normal. Sindrom ini sangat langka menyerang orang.

Bagi
sebagian orang, barangkali itu sangat disyukuri, tapi bagi Bauby yang dinamis,
tentu sindrom ini membuatnya depresi. Hanya mata sebelah kiri saja yang bisa
berkedip dan mengisyaratkan keinginan untuk terus hidup dan penuh semangat
kembali normal. Bauby dibayangi
ketakutan seandainya pada suatu hari mata kirinya pun lumpuh, entah apa yang
akan terjadi…

Dengan
dukungan keluarga dan teman-teman, detik demi detik dihabiskan Bauby dengan melewati terapi dan
komunikasi ala dirinya, berkedip satu kali untuk menjawab ‘Ya’, dan dua kali
untuk menjawab ‘Tidak’. Kemampuan Bauby
itu kemudian ditulis oleh terapis dan asistennya ke dalam sebuah buku memoar,
tentang perasaannya dan pikirannya. Maka Bauby pun berimajinasi, terbang ke berbagai negara, bermain
bersama anak dan istrinya, serta melakukan kegiatan sehari-hari dengan
menggambarkan sebelum dan setelah lumpuh. Meski serasa terjebak dalam lonceng
di dalam lautan, tapi Bauby bisa
melayang seperti kupu-kupu. Terbang kemanapun dia mau.

Hampir Putus Harapan

Buku
memoar 144 halaman ini dipublikasi oleh Vintage
di tahun 1997. Tepat sepuluh hari kemudian Bauby meninggal dunia. Proses
penyusunan buku ini tergolong luar biasa, hampir tiga tahun lamanya, dibantu
asistennya, Bauby mengeja satu per satu huruf dengan kedipan matanya. Setiap
hari mereka berdua seolah bekerjasama dalam ruang maya. Tanpa kesabaran dirinya
dan asistennya, barangkali buku ini tidak pernah ada. Bauby nyaris putus
harapan. Keinginannya menuangkan cerita di dalam otaknya membuncah dan ingin
segera ditulisnya secara cepat. Tapi melewati proses, Bauby menyadari dirinya
bukanlah orang yang sempurna, normal, seperti sedia kala.

Setelah
bukunya rilis, sutradara Perancis, Julian Schnabel, mengangkatnya ke layar lebar dengan judul
sama dalam versi Perancis, Le Scaphandre et le Papillon. Film
yang beredar di tahun 2007 itu meraih penghargaan Sutradara Terbaik Festival Film Cannes 2007 serta
diunggulkan meraih empat Oscar pada Academy Awards 2008.. Film ini juga menjadi film penutup di Festival
Sinema Perancis, yang diadakan di tujuh kota di Indonesia,
12-27 April lalu. Seperti juga bukunya, film ini juga mendapat reaksi positif
dari berbagai kalangan.

Bukunya
pun terus dicetak ulang, dan menjadi satu memoar yang best-seller di seluruh Perancis, serta di negara-negara lain.
Kegigihan, semangat hidup Bauby, yang tergambar dalam buku ini pantas menjadi
contoh kita semua. Jangan membayangkan akan merasakan kesedihan saja setelah
membaca buku ini, tapi kita juga akan tertawa dengan humor-humor yang
dilontarkan Bauby. Hidup memang tidak hanya berisi kesedihan tapi juga
kebahagiaan. Dan pengalaman sial pun kadang bisa kita tertawakan sendiri.
Seperti di buku ini. (Riana)

 Foto
:  Dok. goole.com

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari September 2008 ( E-Magazine )

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31940

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Photobucket