Aris Idol, panggilan akrab pria kelahiran Jakarta 25 Januari 1986
ini. Cowok yang bernama lengkap Januarisman Runtuwene ini baru saja
memenangkan kontes Indonesian Idol 2008.
Aris sehari-hari
berprofesi sebagai pengamen di atas kereta api jurusan Kota-Bekasi.
Bersama teman-temannya setiap hari ia berpindah dari satu gerbong ke
gerbong lainnya menjual suara. Terkadang Aris mengaku merasa tidak enak
sama penumpang. Sudah penuh sesak dan bau keringat, ada pengamen pula.
Aris harus cuek demi sesuap nasi. “Habis kalau kita mikirin perasaan
orang kita gak bakal dapat duit, yang penting saya nyanyi, nyanyi dan
nyanyi, terus dapat duit. Terserah orang suka tidak.” ujar Aris. Hidup
di jalanan memang keras. Aris tahu betul itu.

Sebagai
pengamen, sehari Aris bisa membawa pulang uang sekitar Rp 50.000.
“Biasanya kita dapat seratus sampai seratus lima puluh ribu sehari,
tapi kan kita bagi rata sama teman-teman, jadi yah paling dapat gocap
(lima puluh ribu,red).” kata Aris lagi.

Saat audisi
Indonesian Idol dibuka tahun 2007, Aris sebetulnya ingin mendaftar,
tapi ia lihat di televisi antrian pandaftar begitu panjangnya, ia jadi
malas. “Gila aja, ngantrinya sampe begitu, bisa sehari semalam kali
nunggu diaudisi doang.” ujar Aris.

Akhirnya tahun 2008,
didukung teman-temannya tapi tanpa sepengetahuan keluarga termasuk
istrinya, Aris mendaftar audisi Indonesian Idol 2008 di Balai Kartini,
Jakarta Selatan. Waktu berangkat, Aris tak bayar ongkos Bus, karena
sekalian mengamen. “Lumayan Mas, daripada bayar mending sekalian
ngamen, udah gratis dapat duit lagi.” ujarnya terkekeh. Ia juga ingat,
waktu itu ia belum mandi. “Jadi mungkin dari ribuan peserta audisi,
saya yang paling bau.” katanya terbahak.

Kabari Kisah, September 2008

Saat mendaftar,
Aris tak punya obsesi apa-apa. Ia hanya berpikir bagaimana caranya
lolos audisi. Dan para juri yang terdiri dari Indra Lesmana, Titi D.J
dan Anang Hermasnyah, langsung ‘jatuh cinta’ dengan penampilan Aris
yang kala itu membawakan lagunya ST12 sembari memetik gitar. Bahkan Titi D.J sampai meneteskan airmata menyaksikan penampilan Aris kala itu.

Usai mendapat golden ticket,
Aris pulang ke kontrakannya yang sempit dan menceritakan kepada
istrinya. Kehidupan ekonomi Aris memang serba kekurangan. Orangtuanya
tak sanggup membiayai pendidikan Aris. Ia hanya mengecap bangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP), itupun tak selesai, karena dirinya lebih
memilih mengamen untuk membantu orangtuanya.

Dengan modal golden ticket di tangan, Aris pun melangkah mantap ke babak workshop.
Di sana ia dikarantina bersama puluhan finalis Indonesian Idol dari
seluruh nusantara. Aris, tipikal anak jalanan yang keras kepala, kaget
bukan kepalang mendapati suasana karantina yang serba diatur. “Gila
semuanya serba diatur, sampai cara berjalan dan cara bicara di depan
orang juga diatur!” tutur Aris. Tapi hal tersebut justru membuat mata
Aris terbuka, bahwa jika ingin berhasil maka dia harus mengikuti rules itu. Dia juga ingat keluarganya. Dia tambah yakin dan mantap bahwa alasannya berada di sini karena mereka.
Babak
pertama saat harus bernyanyi secara trio, Aris sempat bersitegang
dengan dua temannya. Mereka menganggap Aris egois dan suka ‘melahap’
nada orang. Tapi babak itu Aris lalui dengan mulus.

Sejak
di’musuhi’ teman-temannya Aris kemudian instropeksi. Pelan-pelan ia
membenahi temperamen dirinya. Babak-babak selanjutnya, Aris mulai
banyak peningkatan. Vokalnya menjadi lebih tebal dan berkarakter. Gaya
panggungnya juga mulai tak kaku. Titi DJ yang sejak awal kagum, terus
menerus memberikan pujian kepada Aris. Sementara Anang Hermasnyah lebih
sering mengkritik dan Indra Lesmana lebih condong mengkritisi teknik
bernyanyi Aris.

Yang luar biasa, selama mengikuti Indonesian Idol, ia sama sekali tak pernah berada di posisi tak aman saat pengumpulan SMS terbanyak. Langkahnya benar-benar mulus hingga mencapai babak final dua besar. Titi DJ bahkan memprediksi Aris bakal menjadi The Next Indonesia Idol.
Lima bulan dikarantina dengan segala aturannya, rasanya sepadan jika
Aris berada di babak puncak. Apalagi jika ditambah perjuangan hidupnya
yang keras selama menjadi pengamen. Inilah hidup, “Hidup memang harus
diperjuangkan.” kata Aris.

Kabari Kisah, September 2008

Malam babak final digelar,
banyak yang memprediksi Aris bakal keluar sebagai juara. Tapi
saingannya, Gisel, bukanlah lawan enteng. Suaranya juga bagus dan
bening. Apalagi Gisel cantik dan layak jual di industri rekaman. Aris
hanya bisa berdo’a, pencapaiannya selama ini sebetulnya sudah jauh dari
cukup. Bayangkan, dari seorang pengamen yang dianggap gembel, kini
berdiri di atas panggung dan ditonton jutaan orang.

Ketika penghitungan jumlah SMS
dimulai, Aris dan Gisel tampak tenang. “Jujur aja, waktu itu emang gue
kelihatannya tenang, padahal dalam hati, dag dig dug!” ujar Aris.
Persis
jam setengah dua belas malam, pemenang kontes pun diumumkan. Dan
Januarisman Runtuwene dinobatkan menjadi Indonesian Idol 2008. “Rasanya
lega dan haru sekali waktu itu.” kata Aris. Aris mendapatkan hadiah
sebuah mobil, sejumlah uang dan kontrak rekaman.

Dengan
hadiah dan predikatnya, Aris kini bisa pulang ke rumah kontrakannya
yang sederhana dengan kepala tegak. Ia rindu sekali dengan keluarganya.
“Bayangin, saya ninggalin mereka ikut karantina hampir lima bulan
lebih!” katanya antusias sembari menciumi anak laki-lakinya yang masih
bayi.

Aris kini menuai hasil kerja kerasnya. Berbagai show
dan kontrak rekaman sudah menanti. Kehidupan ekonomi yang lebih baik
telah menunggu. Popularitas sudah digenggam. Ibunya hanya berharap
supaya Aris tidak sombong dan tetap menjadi orang yang rendah hati.
Rel, Gerbong, Stasiun Kereta Api dan gitar butut, kini tinggal menjadi
kenangan.(yayat)

Lihat videonya di www.KabariNews.com/?31784

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31852

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari September 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket