Bagi pria jebolanUniversity Of California Davies ini, menjadi ahli di bidang komputer merupakan cita-citanya. Tapi sekarang ia bukan cuma ahli komputer tapi juga menjadi kreator ZYREX.

Begitu lulus sekolah menengah atas, penggemar mata pelajaran matematika dan ilmu pasti ini kemudian meneruskan kuliah ke University Of California Davies, AS.
Selesai menggondol gelar Mathematic and Computer Science,ia mendapat pekerjaan sebagai penyelia software. Dua tahun pertama ia jalani pekerjaannya dengan tekun hingga jabatan Senior Software Managerpun ia rengkuhnya. Tak puas sampai disitu, ia ingin mencoba ganasnya persaingan di daerah industri Silicon Valley. Di sana ia berpindah-pindah kerja, mulai dari softwarehouse.corp sampai di GTEspacenet. Selama 10 tahun bermukim di Amerika, hampir tujuh lamanya ia habiskan untuk bekerja.
Tahun 1990 Timothy kembali ke tanah air dan membangun perusahaan produsen komputer bermerek Zyrex.

Setelah membuat janji berkali-kali, akhirnya Kabari berhasil mewawancarai ayah dari tiga anak ini. Berikut petikan wawancaranya

Kabari :Bagaimana ceritanya “Zyrex” lahir?

Timothy Siddik :
Begitu kembali ke tanah air, saya melihat dunia Informasi Teknologi (IT) di Indonesia masih sangat sederhana, seperti masih banyak dipakainya PC (PersonalComputer) dengan prosesor Pentium dua atau tiga, dengan harga yang mahal pula. Padahal di Malaysia dan Singapura sudah pakai Pentium 75 sampai seratus, akhirnya saya lihat ini sebagai opportunity untuk membuat merek PC lokal. Apalagi Indonesia menjadi dumping ground merek-merek besar. Maka tercetuslah ide kenapa tidak membuat merek sendiri.

Kabari :
Pertama kali dijual kemana?

Timothy Siddik :
Sebelum Zyrex lahir, kebetulan kami punya bisnis IT solution, seperti networksolution, interconnectivity solution, software dan berbagai jasa IT lainnya. Para customer kita itulah yang pertama kali kita perkenalkan merek Zyrex.

Kabari :Pendapat mereka?

Timothy Sidik :
Mereka bilang bagus, kenapa tidak bikin yang banyak sekalian. Akhirnya secara resmi mulailah Zyrex lahir

Kabari :
Katanya dipatenkan di San Jose AS, kenapa harus di sana?

Timothy Siddik :
Bukanapa-apa, waktu itu kita mikir, kenapa tidak dipatenkan di Negara dengan sistem proteksi merek yang baik sekalian? Karena saya enggak mau ada orang yang membajak merek kita, baik orang luar negeri atau orang dalam negeri.

Kabari :Apa yang membuat Bapak optimis menjalankan bisnis ini?

Timothy Siddik :
Saya melihat dunia IT Indonesia masih tahap infant atau penetrasi PC-nya masih rendah sekali hanya berkisar empat persen dari jumlah penduduk. Idealnya dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini, penetrasi PC di Indonesia minimal duapuluh persen. Kami melihat terbukanya pasar dari empat persen ke duapuluh persen itu. Tapi tentu kami harus berjuang terus. Sebetulnya jika PC penetrasi meningkat, banyak manfaat yang didapat oleh masyarakat dan pemerintah. Minimal memperkenalkan transparansi.

Kabari :
Dengan kondisi seperti ini berapa tahun lagi 20 persen penetrasi PC akan tercapai?

Timothy Siddik :
Inginnya saya sih tahun kemarin dan tahun kemarinnya lagi, tapi kan tidak mungkin. Tapi mudah-mudahan bisa tercapai dalam 5 sampai 10 tahun kedepan.

Saat ini Zyrex adalah merek komputer lokal terbesar di Indonesia. Baru-baru ini Zyrex mengeluarkan varian notebook baru bernama Ubud dan Anoa. Anoa diperuntukan bagi para pemula dan siswa sekolah, sementara Ubud diperuntukan bagi kalangan professional muda yang mobile dan dinamis. Untuk Anoa harganya tiga juta rupiah dan Ubud lima setengah juta rupiah.

Kabari :
Harapan Bapak di saat masih banyaknya orang yang lebih percaya produk luar negeri?

Timothy Siddik :
Saya prefer supaya pemerintah menggunakan produk-produk dalam negeri sendiri. Slogan “Aku cinta produk Indonesia” harus kembali dinyanyikan,digaungkan, dikumandangkan. Bukan cuma untuk Zyrex saja tetapi semua produk yang bisa kita buat, entah itu meja, kursi, oli, garmen,pokoknya semua produk Indonesia.

Kabari :
Terakhir Pak,pendapat Anda mengenai masih banyaknya orang Indonesia yang lebih bangga membeli merek luar daripada merek nasional?

Timothy Siddik :Sebetulnya masyarakat tidak sepenuhnya salah, mereka berhak membeli produk manapun, mereka yang punya uang kok. Tapi ya itu tadi, pemerintah seharusnya mendorong industri-industri lokal supaya maju, berikan mereka kesempatan yang sama, berikan insetif, dan berikankanlah dukungan yang maksimal. Niscaya saat industri lokal maju, produk-produk mereka pasti berkualitas bagus, jika sudah begitu masyarakat akan berbondong-bondong beli produk nasional
(Yayat)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik  www.KabariNews.com/?31272

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Mei 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

April Insurance

Lebih dari 100 Perusahaan Asuransi di California

Klik www.ThinkApril.com        Email : Info@ThinkApril.com

Telp. :  1-800 281 6175