Risalah perjalanan dari Kabupaten Natuna

Rintik hujan mulai mengguyur kota Ranai, saat kami sedang menikmati pemandangan lepas pantai di ketinggian bukit Batu Shindu. Dan kamipun bergegas untuk meninggalkan lokasi menuju mobil yang parkir tak jauh dari tempat kami memandang. Sayang sebenarnya meninggalkan pemandangan cantik yang mempesona ini, tapi apa boleh buat karena hujan kami terpaksa meninggalkan tempat indah ini. Saat mobil kami pacu menuruni bukit Batu Shindu, hujan berhenti dan pemandangan gunung Ranai yang tertutup kabut tipis jadi suguhan mata kami.

Gunung dengan ketinggian1035mdpl ini menyimpan begitu banyak keanekaragaman hayati dan species langka seperti Kekah (Presbytis natunae). Lama kami pandangi kemolekan hijau hutan perawan gunung ranai. Karena waktu yang sempit dan janji kami untuk bertemu beberapa pejabat daerah ini untuk sekedar silaturahmi, kamipun memacu mobil menuju kota ranai. Beberapa jam setelah kami tiba di kota Ranai, kembali kami pacu kendaraan menuju selat lampa. Pelabuhan besar kota Ranai, untuk menuju pulau Serasan bersama beberapa pejabat Natuna yang ingin mengunjungi kampung halaman, merayakan hari raya.

Laut Sakti, Rantau Bertuah

Jalan menuju selat lampa tergolong bagus dan berkelok. Di sisi jalan masih tumbuh pohon-pohon besar seperti jalan trans Sumatera. Dan semoga saja hutan di sini masih bisa terjaga sampai kelak nanti. Mobil terus kami pacu menuju selat lampa, agar tak terlambat bertemu dengan beberapa pejabat natuna yang akan pulang kampung merayakan hari raya haji.

Setelah melawati kelokan demi kelokan, akhirnya selat lampa terlihat juga.Jalan dari kota Ranai hingga selat lampa menghabiskan waktu tempuh satu jam setengah dengan kendaraan bermotor. Sesampainya di selat lampa,kami menemui Pak Ilyas Sabli (Sekretaris Daerah Kab. Natuna) yang tengah bersantai bersama keluarga dan beberapa pejabat pemda lainnya,menunggu kapal bermotor yang akan mengangkut kami menuju Pulau Serasan.Pulau Serasan adalah salah satu pulau terbesar di kabupaten Natuna.Pulau Serasan memiliki luas daratan 146,58 km² dan Lautan 250 km²,mayoritas masyarakat Pulau Serasan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.

Sedikit demi sedikit matahari mulai turun menuju tempat peristirahatan, dan senjapun menjelang. Sebuah kapal kayu besar bergerak perlahan mendekati dermaga selat lampa. Wah ternyata kapal iniyang akan mengangkut kami menuju pulau Serasan, sungguh di luar dugaan.Saya berfikir ada kapal angkut penumpang yang akan mengangkut kami,ternyata kapal barang yang sering saya lihat di pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta. Tapi tak soal, yang penting saya sampai di Pulau Serasan.

Warna langit mulai memerah, tanda malam merangkak datang. Laut cukup teduh sore itu, kapal di komandani Pak Ali Mudin (55) yang sudah jadi pelaut sejak tahun 1963 dan jadi nahkoda sejak tahun 1967. Pak Ali Mudin terlihat sibuk menghitung kordinat perjalanan menuju pulau serasan,kompas dan peta terus di tengoknya agar tak keluar dari jalur pelayaran. Malam terasa indah sekali dengan tebaran bintang-bintang dan bulan yang bersinar cerah. Rasanya tak ingin cepat-cepat pagi, jarang sekali saya nikmati malam di tengah laut lepas dengan taburan bintang.

Jamdua malam saya terbangun dan merasakan guncangan kapal yang cukup keras, dan bergegas keluar. Ternyata cuaca mulai tak bersahabat, hujan mengguyur dan ombak mulai meninggi. Tapi tak sedikitpun terlihat wajah ketakutan dari penumpang kapal yang mayoritas orang Pulau. Ternyata tak sekedar slogan semata “Laut Sakti, Rantau Bertuah”. Orang-orang asal Pulau Serasan tak hanya bernyali besar menghadapi ganasnya gelombang laut, tapi jadi perantau yang sukses menempati posisi strategis di Pemerintahan Kabupaten Natuna.

Pagi menjelang, pulau serasan pun nampak di pelupuk mata. Walau lambat pergerakannya akhirnya, perahu kamipun merapat di dermaga perintis. Deretan pohon kelapa dan lautnya yang bersih menjadi sebuah pemandangan yang menenangkan hati, setelah semalaman bergelut dengan ganasnya ombak laut china selatan.

Pulau Serasan, harta karun yang terpendam

Mayoritas penduduk pulau serasan menggantungkan hidupnya pada hasil laut, atau dengan kata lain sebagai nelayan. Eksotika alam dan keramahan masyarakat Pulau Serasan menjadi daya tarik tersendiri. Hari pertama saya tiba di pulau ini, membuat saya tak betah duduk lama-lama dipenginapan. Sebuah sepeda motor saya pinjam dari Bapak Ilyas Sabli, dan kemudian bergegas menuju pantai sisi. Pantai elok nan mempesona ini jadi salah satu pantai terpanjang di Indonesia. 11 Km hamparan pasir membentang, putih bersih dan belum tersentuh banyak tangan manusia.Sayang hari itu hujan datang, saya belum beranjak dari gubuk di pinggir pantai dan menikmati guyuran hujan di pantai, menunggu berhenti untuk kemudian balik ke penginapan.

Di pantai Sisi setiap enam bulan sekali ada pelepasan penyu, dan ini jadi tontonan menarik buat wisatawan. Ribuan ekor penyu di lepas kembali ke habitatnya untuk bisa berkembang biak dan bermanfaat buat manusia. Pemda Natuna memang memiliki aturan khusus untuk melindungi satwa edemik ini dari kepunahan. Masyarakat diajak untuk mengikuti tender mengelola penyu danyang menang tender di wajibkan menetaskan sebagian dari telur yangdihasilkan induk penyu. Pak jalal (50) seorang wiraswata yang pernah memenangkan tender pengelolaan penyu menjelaskan “Dalam beberapa kali,induk penyu bisa bertelur ribuan butir. Dari ribuan butir telur,sebagian diambil untuk di jual sebagai konsumsi sebagian lagi ditetaskan dan di pelihara hingga berukuran diameter 80 cm, untuk kemudian di lepas ke habitatnya.” Harga telur penyu lurik 800 rupiah per butir, sedang penyu hijau 1500 rupiah per butir. Telur-telur ini mereka kirim ke Negara tetangga Malaysia dan untuk pasar local juga.

Baru hari pertama saya di pulau ini, saya sudah temukan beberapa potensi yang bisa di kembangkan selain wisata. Walau letaknya yang nun jauh disana, ada di pulau ini memberikan kenikmatan tersendiri. Senja menjelang dan saya pun kembali ke penginapan dan menikmati sunset dibibir dermaga dekat penginapan.(Alfan)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?2605

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Maret 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

Intero Real Estat

Lebih dari 1 juta rumah di Amerika

Klik www.InteroSF.com          Email :  Info@InteroSF.com

Telp. 1-800 281 6175