KabariNews – Bisa dibilang mencari Rumah Betawi susah-susah gampang. Ya, di era modernisasi seperti sekarang ini rumah khas Betawi atau Rumah Betawi di Jakarta semakin terpinggirkan. Tak mudah untuk mencarinya, di daerah yang bisa dikatakan sentranya kaum Betawi bermukim seperti di daerah Condet, Kemayoran, dan daerah lainnya rumah yang masih bercirikan Adat Betawi sulit ditemukan. Lantas menjadi pertanyaan, dimanakah kita bisa menemukan Rumah Betawi di Jakarta?

Nah, untuk menemukan jawabannya Anda harus pergi ke suatu tempat di selatan Jakarta tepatnya di daerah Setu Babakan, Srengseng Sawah. Daerah ini berfungsi sebagai lokusnya Perkampungan Budaya Betawi, yaitu suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi yang salah satunya adalah Rumah Betawi.

Ronny, masyarakat Betawi yang tinggal di sekitar wilayah Setu Babakan, kepada KABARI beberapa waktu lalu menjelaskan Rumah Betawi mempunyai beberapa tipe, dari rumah Betawi tipe Gudang atau Kandang, tipe Kebaya sampai tipe Joglo. Masing-masing tipe Rumah Betawi ini memiliki khasnya masing-masing. “Dan cirinya itu dapat dilihat dari jatuhnya air hujan. Untuk tipe Gudang kita melihat jatuhnya air hujan di sisi kiri dan kanan atau menyamping, tipe Kebaya jatuhnya air hujan dari depan dan belakang, rumah Joglo dari empat sudut, depan belakang dan kiri kanannya” kata Ronny.

Interior Rumah Betawi terbilang sederhana, yaitu hanya terdiri dari pintu, ruang tamu dan kamar tidur berjejer. Masyarakat Betawi pada umumnya membangun rumah tipe Kebaya dan Gudang. Bukan tanpa alasan pemilihan tipe ini. Pasalnya, tipe rumah Gudang lebih sederhana, sedangkan tipe Joglo menggunakan bahan baku kayu lebih banyak. Namun kelebihan dari rumah tipe Joglo, atapnya lebih indah dibanding tipe Gudang dan Kebaya.

Akan halnya dengan penggunaan warna untuk Rumah Betawi. Kebanyakan rumah Betawi memiliki warna-warna yang cerah seperti kuning, hijau dan warna cerah lainnya. Sebab, kebudayaan Betawi dimana Rumah Betawi termasuk representasi didalamnya dipengaruhi oleh kebudayaan Cina.

Selain itu, aksesoris yang terdapat di Rumah Betawi menggunakan model jendela Krepyak dan Lisplang Nya atau gigi balang. Lisplang berornamen gigi balang berupa papan kayu berbentuk ornamen segitiga berjajar menyerupai gigi belalang yang melambangkan bahwa hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar, karena belalang hanya bisa mematahkan kayu jika dikerjakan secara terus menerus dan biasanya dalam tempo waktu yang dapat dikategorikan lama namun secara keseluruhan bisa bermakna ‘pertahanan yang kuat’.

Tak ketinggalan dengan adanya Langkan. Langkan adalah pembatas antara teras dan halaman di Rumah Betawi. Langkan pembatas yang ada di teras dari halaman berbahan kayu, bersimbol seperti patung manusia yang juga memiliki pesan moral, yaitu etika yang baik dalam bertamu harus melewati dari halaman depan rumah.

Pun dengan posisi rumah yang menentukan bentuknya karena bentuk ini dibuat memiliki tujuan-tujuan tertentu. Kaum Betawi tersebar se-antero Jakarta, ada Betawi Pinggir, Betawi Udik, Betawi Tengah, dan Betawi Pesisir. Masing-masingnya memiliki ciri, contohnya di daerah pesisir dan pinggir umumnya masyarakat Betawi menggunakan model rumah panggung dengan tipe yang disesuaikan status sosial pemiliknya.

Status sosial juga mempengaruhi bentuk Rumah Betawi, ciri khasnya jika Rumah Betawi menggunakan bilik umumnya dibangun oleh masyarakat menengah bawah, sedangkan yang menggunakan papan untuk kalangan menengah atas. Begitu pula dengan penggunaan kaca, untuk kaca yang berbunga biasanya digunakan untuk masyarakat Betawi menengah atas, tanpa kaca menengah ke bawah.

Ronny bercerita, dulu untuk membangun Rumah Betawi menggunakan banyak pohon di sekitar rumah. Orang tua saat akan membuat rumah untuk anaknya mereka mencari pohon-pohon yang tua dari pohon nangka dan kecapi lantas ditebang dan dibelah. Setelah itu kayu itu direndam di empang atau lumpur, tujuannya agar tidak dimakan rayap.

Dan sebelum pembuatan rumah, ditentukan terlebih dulu titik pancang rumah. Rumah Betawi dibangun menyamping matahari dan harus menghadap utara dan selatan tidak ke Barat. Untuk membuat sumur, di beberapa titik tanah di letakkan daun, sorenya diletakkan lalu dilihat jika di pagi harinya ber-embunnya lebih banyak, barulah digali untuk membuat sumur dan dapur. (1009)