KabariNews  – Sanggar Anak Akar diselenggarakan dengan tujuan menyediakan rumah yang nyaman dan aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya (fully human fully alive). Meskipun, selama sepuluh tahun pertama Sanggar Anak Akar harus beberapa kali pindah dari satu rumah kontrakan ke kontrakan yang lain, namun proses komuniter, belajar dalam kebersamaan tetap intensif. Kesungguhan anak-anak dalam memanfaatkan ruang dan kesempatan belajar di Sanggar Anak Akar menggerakan hati banyak pihak.

Pada 2003 sejumlah sahabat akar, secara individu yang concern pada pendidikan model Sanggar Anak Akar, berinisiatif menggalang dana untuk mengadakan lahan dan bangunan. Dari usaha mulia tersebut, pada 2004 Sanggar Anak Akar atas nama Yayasan Anak Akar Indonesia memiliki tanah seluas 900 m2 dengan bangunan permanen baik untuk tinggal maupun untuk kelas.

Namun sejak 2011, telah mendapat kabar ada kemungkinan bangunan Sanggar Anak Akar akan digusur. Dalam empat tahun terakhir, Sanggar Anak Akar telah menempuh beberapa upaya penggalangan dana untuk mempersiapkan penggusuran. “Kami menerima kabar bahwa jalan tol akan diselesaikan pada tahun 2017, untuk itu kami harus mengimbangi rencana penggusuran tersebut dengan aksi yang cepat pula,” ujar Ketua Yayasan Anak Akar Indonesia Susilo Adinegoro dalam rilis persnya, Jumat, (26/6).

Oleh karena itu, lanjut Susilo, pencapaian Sanggar Anak Akar saat ini dihadapkan pada tantangan baru yaitu rencana pemerintah membangun jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang akan menggusur lahan dan bangunan Sanggar Anak Akar di Cipinang Melayu. Rencana pemerintah itu sudah bergulir dari akhir tahun 90-an. Rencana saat itu hanya akan mengambil sebagian kecil dari lahan Sanggar Anak Akar. Dalam pertemuan terakhir di kelurahan Cipinang Melayu bulan April lalu, Camat Makasar menegaskan proyek pembangunan jalan Becakayu segera direalisasi pada tahun ini. Sejauh ini, informasi yang disampaikan menjelaskan bahwa proyek pembangunan jalan Becakayu akan mengambil sebagian besar lahan dan bangunan Sanggar Anak Akar.

“Berhadapan dengan itu, kami bermaksud menjaga supaya realisasi pembangunan proyek jalan Becakayu, sejauh mungkin tidak menghambat, apalagi menghentikan, proses pendidikan anak-anak di Sanggar Anak Akar. Untuk itu dari sekarang kami bermaksud melakukan langkah strategis,” terang Susilo

Langkah yang dimaksud Susilo, yaitu dengan menggerakkan dukungan melalui konser kolaborasi resistante: Konser Musik Untuk Pendidikan “Syukur Atas Cinta dan Kehidupan”, yang akan diselengarakan pada hari Sabtu, 27 Juni 2015 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Melibatkan beberapa seniman, serta artis yang memiliki concern terhadap keberlangsungan pendidikan untuk anak di Sanggar Anak Akar, yaitu Akar Grandsamble (Alumni Sanggar Anak Akar) memainkan lagu karya Sanggar Anak Akar berkolaborasi dengan Ratu Queenous dan Marya Genova, Navicula, Bonita & the husBand serta Tony Q. Konser ini juga merupakan bagian dari rangkaian peringatan 45 Tahun Institut Kesenian Jakarta (IKJ), bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian IKJ.

“Harapan kami sebelum lahan dan bangunan lama benar-benar tergusur, kami sudah mendapatkan lahan dan memiliki bangunan sebagai fasilitas untuk keberlangsungan proses pendidikan anak-anak,” ujar Susilo.

Rektor Sanggar Anak Akar Ibe Karyanto menyampaikan, rasa syukurnya atas semakin mendapat perhatian dari masyarakat dan seniman, bahwa ternyata masih banyak yang peduli pada upaya pendidikan sebagai gerak kebudayaan. “Kepedulian banyak orang ini menambah semangat kami untuk bisa berkontribusi lebih besar terhadap perubahan masyarakat melalui pendidikan yang menghormati hak-hak anak,” ucapnya.

Sebagai informasi tambahan, Sanggar Anak Akar merupakan alternatif model pendidikan untuk anak-anak, utamanya anak pinggiran, yang diselenggarakan secara nirlaba oleh anggota masyarakat yang peduli pada pengembangan kualitas pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak pinggiran adalah anak-anak yang menjadi bagian dari keluarga urban miskin di Jakarta, anak yang hidupnya berada di bawah bayang-bayang ancaman kekerasan orang dewasa, termasuk anak yang terpaksa tinggal di jalanan atau tempat umum.

Tahun ke tahun, produk gagasan dan kreativitas Sanggar Anak Akar semakin mendapatkan tempat di bidang pendidikan komunitas maupun di bidang seni-budaya. Tidak sedikit jumlah alumni Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mampu bersaing dengan alumni dari institusi pendidikan lain. Keberadaan Sanggar Anak Akar cukup diakui, tidak saja sebagai sebuah model pendidikan anak, tetapi juga sebagai sebuah pendekatan estetik yang menguatkan gerakan budaya menuju perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/78204

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

kabari store pic 1