KabariNews – Indonesia kaya akan unsur seni dalam tarian tradisional. Inilah yang giat digarap Global Motion (SMC World Dance Company) untuk menghadirkan tarian tradisional dengan roso aslinya. Sungguh sebuah kebanggaan, sekaligus tantangan yang menarik.

Penari Cak asuhan Sri Susilowati dan Baghawan Ciptoning

Penari Cak asuhan Sri Susilowati dan Baghawan Ciptoning

Global Motion (SMC World Dance Company) kembali tampil di pentas The Broad Stage di bilangan Santa Monica menyajikan tari-tarian dari berbagai penjuru dunia. Pementasan tari yang disutradarai oleh Sri Susilowati dan Raquel Ramirez tersebut sangat diminati khalayak Los Angeles. Alhasil, sekitar 1.500 tiket yang dijual untuk ketiga sesi pertunjukan pun nyaris ludes.

Acara yang melibatkan 43 penari tersebut dibuka dengan tarian Santana Dreams of Love yang beraliran Salsa asal Kuba. Menyusul tarian berturut-turut, Waltz dari Vienna, tari Manding dari Afrika Barat, tarian Hip Hop dan Jazz Berlirik asal Amerika Serikat, tari Korea Kontemporer, tari El Son Del Mariachi asal Jalisco (Meksiko), tari Perut dari Timur Tengah, tari Tarantella dari Italia, tari Haka dari Selandia Baru, dan tari Bachata dari Republik Dominika.

Sebagai penutup, tarian berjudul Cak, yang merupakan tari Kecak kontemporer dengan unsur Hip Hop, tari tradisional Bodoran (Jawa Barat) dan tari Saman (Nanggroe Aceh Darussalam). Tari tersebut diiringi irama gendang yang dimainkan oleh koreografer Baghawan Ciptoning. Berbeda dari Kecak tradisional, Cak ini didominasi oleh penari wanita. Di penghujung tarian, sang koreografer mengolaborasikan Cak dengan tarian Haka asal Selandia Baru.

Seusai pementasan, Stanley Chandra dari Kabari News berkesempatan berbincang dengan sang Sutradara Seni, Sri Susilowati (SS), dan Koreografer Baghawan Ciptoning (BC). Berikut cuplikan percakapannya:

Apa ide besar di balik pementasan hari ini?

SS: Setiap semester, kami dari Santa Monica College (SMC) mempertunjukkan Spring dan Fall Concerts. Ada 2 dance companies di SMC, yaitu Modern Dance dan World Dance (tarian rakyat dari seluruh dunia). Tiap semester saya mementaskan kurang lebih 12 tarian dari berbagai kontinen di seluruh dunia.
Untuk pertama kalinya, semester ini kami mendapatkan koreografer dari kontinen Australia, tepatnya dari Selandia Baru. Biasanya ada tema di tiap semester. Akan tetapi, semester ini tema kami bebas. Kami mau menunjukkan, khususnya di Los Angeles, bahwa kultur kami berbeda-beda, tetapi kami bisa berpentas bersama, seperti di Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika.

Dari mana ide tari Kecak kontemporer yang dipentaskan hari ini?

BC: Awalnya saya diskusi dengan Bu Sri. Dari hasil diskusi, kami ambil Kecak, karena Kecak punya dinamika dan sangat sederhana. Saya juga berpikir bahwa gerak Kecak itu berangkat dari tradisional, tetapi punya kapabilitas untuk dikembangkan menjadi tarian modern dengan tidak menganut kaidah lagi. Jadi, kami hanya ambil materinya, antara voice (suara) serta gerak tangan dan kaki yang bisa kami masukkan ke berbagai kontemporer seperti di Amerika. Maka dari itu, kami campur dengan hip hop, teknik modern dance, tari Bodoran asal Jawa Barat, dan tari Saman dari Aceh. Akan tetapi, jiwanya sudah tidak tradisional.

SS: Yang paling menarik dari Kecak itu adalah Kecak merupakan suatu tarian yang tidak hanya ada vokalisasi dan gerakan tetapi juga ekspresi wajahnya. Salah satu ide kenapa saya mengundang Pak Ciptoning untuk berkolaborasi adalah semester ini kami pertama kali mendapat seorang koreografer dari Selandia Baru. Dan untuk pertama kali, saya melihat koreografi Selandia Baru waktu saya berada di festival tari Beijing yang menampilkan tari perang Haka. Ekspresi tari tersebut sangat banyak kemiripannya dengan tarian Bali. Oleh karena tarian perang, maka tari-tari tersebut dimaksudkan untuk menakut-nakuti lawan. Melihat itu, saya jadi ada ide untuk mengombinasikan dengan tari Kecak Bali. Penampilan terakhir tadi merupakan kolaborasi dari koreografer tari Haka, Keali’I Ceballos dan Pak Ciptoning.

Tarian Hip Hop

Hip Hop

Apa tantangan terbesar dari proyek ini?

SS: Tantangan terbesar adalah, karena semua penari itu berasal dari Amerika dan dasar mereka adalah modern dance dan balet. Sebagai penari, mereka sebetulnya sangat disiplin dan berdedikasi, tetapi mereka tidak punya cukup landasan tari-tarian dari Asia, khususnya tari Indonesia. Karena tari-tarian seperti modern dance dan balet itu estetikanya berbeda dari tari-tarian Asia. Mereka bisa saja teknik menarinya bagus, tetapi ‘roso’-nya (feel—Red) itu masih roso balet atau roso modern dance. Akan tetapi, itu merupakan tantangan bagus karena bagaimana sebagai koreografer dan artistic director, saya mengolah penari yang tidak pernah mendapat tarian dari Indonesia hingga akhirnya they can do very well in the performance.

BC: Itu justru karena tidak mengenal roso, apalagi mereka tidak tahu memory culture. Ini semua menjadi pembelajaran. Makanya, setiap membuat program, khususnya seperti di SMC ini, saya selalu membuat yang sederhana. Sebagai koreografer, saya ingin menorehkan kata “Indonesia” kepada anak-anak muda Amerika supaya dia tertarik dulu.

Kalau tertarik, mereka akan pergi ke Indonesia. Yang dikatakan Bu Sri tadi menjadi kebaruan, karena tidak tahu roso, makanya materi Kecak roso-nya jadi Hip Hop. Di situ yang menarik.

Ke depan, apakah ada rencana Anda berdua untuk berkolaborasi lagi?

SS: I hope so. Saya pengin ajang ini justru sebagai pintu pembuka. Mudah-mudahan dengan ini, kami bisa terus bekerja sama. Setiap tahun saya bawa murid-murid saya untuk touring internasional. Sudah 2 tahun ini kami touring ke Beijing dan tahun ini akan saya bawa ke Italia. Mudah-mudahan, kalau semuanya lancar dan ada dana, saya ingin bawa ke Italia lagi tahun depan.
Sementara ini yang dibawa adalah tarian dasar Mexican Folklorico. Seperti di Beijing, tahun pertama kami bawa hanya Mexican Folklorico saja dan tahun kedua kami bawa tarian Indonesia dan Hawaii. Saya harap tahun depan kami bisa membawa Indonesia lagi atas nama SMC. Mudah-mudahan KJRI membantu juga.

BC: Kami juga berharap dapat dukungan. Terima kasih juga Pak Konjen yang sudah mengizinkan dan mendukung. Terima kasih juga untuk Konsul-Konsul dan staff KJRI yang telah datang dan mendukung. (1014)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/77604

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero

 

 

 

 

kabari store pic 1