KabariNews –  Kuliah di universitas Amerika tentu menjadi sebagian impian dari para mahasiswa di Indonesia.  Selain  prestisius, juga karena mutu dan kualitas pendidikannya yang memancing orang Indonesia untuk berbondong-bondong pergi kesana untuk menuntut ilmu.

Dalam sebuah rekaman video yang dikeluarkan USAID yang diterima kabarinews beberapa waktu yang lalu, seorang mahasiswa yang bernama Nahad Baunsele dari Nusa Tenggara Timur ( NTT) yang mengambil  S2 di Tulane University School of Public, mengatakan kualitas pendidikan di AS ini jauh lebih baik dibandingkan di Indonesia. Selain itu juga dengan  kuliah disana, Nahad melihat adanya peluang bagi dirinya yang berasal dari Timur Indonesia untuk berkesempatan membuka global networking yang lebih luas.

Di tempatnya menimba ilmu, Nahad bebas untuk mengungkapkan pendapatmya karena disana terpelihara ilkim untuk saling belajar satu sama lainnya. “Jika kita tidak membaca kita tidak bisa berdiskusi dalam kelas. Bukan kita hanya datang untuk mendengar saja. Di Indonesia kita hanya datang duduk dan kita tidak perlu siap-siap. Selain itu cara membuat paper disini berbeda dengan membuat paper di Indonesia. Di AS, kita dituntut untuk membuatnya efektif dan isinya padat tidak panjang lebar tetapi intinya sedikit” kata dia.

Untuk pergi belajar ke AS, Nahad hanya membutuhkan waktu tujuh bulan membekali diri dengan kemampuan untuk berbahasa Inggris. Mengirimkan aplikasi dan hanya dalam waktu 3 bulan dapat jawaban dari universitas. Soal aplikasi visa pelajar dan imigrasi, Nahad mengatakan tidak terlalu susah baginya hanya ditanyakan beberapa pertanyaan saja.

Sementara itu, Sidhrotun Naim, mahasiswa S3 asal Indonesia di Inveromental Science Universitas Arizona mengatakan  dosen-dosen di tempatnya kuliah memberikan pengetahuan atau rangkuman poenelitiannya selama puluhan tahun tergantung dari pengalamannya sebagai pengajar. “Disini kita punya ide segila apapun asalkan kita bisa menjelaskannya secara rasional dan masuk akal, mereka akan memfasilitasi karena yang namanya professor atau dosen itu lebih pengalaman dan dapat menilai ide kita secara rasional atau dapat terima atau tidak” tuturnya.

Sebelum kuliah di AS, Naim mengirimkan email pertama kali ke calon pembimbingnya yang salah satu koleganya sedang berada di Indoneisia. Setelahnya Naim diberikan rekomendasi untuk mendapatkan beasiswa Fullbright. Setelah sejak bertemu dan berangkat ke Arizona, totalnya prosesnya hanya setahun dan baru bisa berangkat tahun berikutnya. Bahasa Inggris sebagai salah satu syaratnya, Naim telah membekali dirinya dengan kemampuan bahasa inggris dan tidak melakukan persiapan khusus, karena sudah melakukannya tes TOEFL beberapa kali dan hanya mengikuti general examination.

Naim bercerita, petugas imigrasi di Bandara adalah  pintu gerbang pengenalan dirinya ke AS dan yang menarik bagi dirinya petugas imigrasi itu multikultural, nama-namanya jarang yang asli amerika selalau ada unsur hispanik atau Asia. “Komponen kuliahnya sangat tinggi  disini bahkan untuk Master atau PHD, kita harus kuliah lagi, awalnya saya seperti mahasiswa S1 saja namun semakin saya saya pelajari ternyata semakin tertarik” kata dia. Lantas bagaimna dengan Anda? Tertarik untuk kuliah di Amerika Serikat. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/75073

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

kabari store pic 1